BEKASI, iNewsBogor.id - Universitas Islam Assyafi’iyah menggelar Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Agama Islam dengan mengusung tema “Bangun Semangat Kemerdekaan Eratkan Solidaritas Tanpa Kekerasan dan Intoleransi”, bertempat di Gedung Alawiyah lantai 8 Universitas Islam Assyafi’iyah Jalan Raya Jatiwaringin Kelurahan Jaticempaka Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi, Sabtu (13/8/2022).
Seminar digelar dalam rangka memberikan gambaran dan kesadaran wawasan kebangsaan dan arti penting penyebaran intoleransi di berbagai kampus.
Dalam giat tersebut, turut hadir beberapa pembicara diantaranya Dr. Khairan M. Arif., MA., M.Ed (Dekan FAI UIA), HM Soffa Ihsan (Pengurus MUI Pusat dan Dosen Agama Isalam UI), Prof. Dr. Zaenal Arifin Hoesein, SH., MH (Mantan Panitera MK RI), dan Dr. Sutiono, AZ. M.Pd (Kaprodi FAI UIA) juga dihadiri sejumlah peserta dan tamu undangan.
Foto : iNewsBogor.id/ist.
Pengurus MUI Pusat yang juga Dosen Agama Islam UI HM Soffa Ihsan dalam penyampaian materinya mengatakan bahwa, saat ini negara mengalami kembalinya paham konservatif yang menyebarkan paham tertentu dan patut diwaspadai.
"Kita ketahui bahwa dikalangan dan lingkungan kampus kita telah mewarisi berbagai faham radikal dimana data dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum intelek atau akademisi, banyak yg menjadi pelakunya", ungkapnya.
Kampus dan radikalisme bukan lembaran baru. Seperti strategi idiologi lain, kelompok radikal tidak akan mengabaikan peran kaum terpelajar dan akademisi kampus untuk direkrut. Strategi ini dipandang jitu, maka berlaku ‘teori domino’, pegang yang ‘otak’ dulu, maka yang ‘otot’ akan tersodok, lanjut Soffa.
Sementara itu Kaprodi FAI UIA Dr. Sutiono, AZ. menekankan bahwa moral sangat penting dalam mengawal kemerdekaan.
Foto : iNewsBogor.id/ist.
"Literasi muda harus mempunyai tujuan yang di capai, langkah, dan hasil harus mempunyai arah yang jelas. Dalam mencapai tujuan kemerdekaan harus terus meningkatkan solidaritas dan meninggalkan dunia kekerasan . Tujuan diskusi adalah menambah wawasan dan mampu bersaing dalam menuju masyarakat," lanjutnya.
Faham radikalisme dengan berbagai bentuk propaganda dan doktrinasi di era milinial telah menyusup di kalangan akademisi. Radikalisme menganggap dirinya sebagai ideologi alternatif yang hendak menggulingkan ideologi kekuasaan yang sedang mapan. Proses radikalisasi umumnya berlangsung dari tahap intoleransi, radikalisasi ideologi, dan kemudian radikalisasi perilaku.
"Makna kemerdekaan adalah pantang menyerah dalam mempertahankan kemerdekaan, kesejahteraan terutama mahasiswa yang merupakan generasi penerus, untuk itu jangan takut berinovasi dalam membuat perubahan yang positif," tegas Sutiono.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait