BOGOR, iNewsBogor.id - Persikabo atau Persatuan Sepak bola Indonesia Kabupaten Bogor adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang dahulu bermarkas di Kabupaten Bogor.
Pada tahun 2018 Persikabo berkompetisi di Liga 3 Jawa Barat, awal tahun 2019 Persikabo melakukan merger dengan klub Liga 1 yaitu PS TIRA yang kemudian nama kedua klub tersebut digabungkan menjadi PS TIRA Persikabo.
Peralihan kepemilikan tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Bogor, Persikabo, dari PT Cikeas Putra Pratama ke PT Aksikom Indonesia di bawah CEO baru Radi Rahmadiar disambut positif segenap insan sepak bola di Bumi Tegar Beriman.
Persikabo didirikan pada tanggal 23 Desember 1973 lalu, klub sepak bola Kabupaten Bogor atau yang dikenal dengan julukan Laskar Padjajaran ini, resmi didirikan oleh beberapa Muspida dan praktisi sepak bola yang ada di Kabupaten Bogor seperti, Caca Samita yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Bogor, Letkol Djuari (Ketua DPRD Kabupaten Bogor) Didi Suwardi (Ketua Umum KONI Kabupaten Bogor ) Abdullah Alwahdi (anggota DPRD Kabupaten Bogor), dan Armen Syafii (Sekretaris Umum KONI).
Setelah resmi berdiri dan terdaftar di PSSI, pendiri Persikabo, menunjuk atau memilih Abdulah Alwahdi sebagai Ketua Umum Persikabo yang pertama.
Meski sudah cukup lama berdiri, tim ini baru mulai dikenal saat sepak bola Indonesia memasuki era liga profesional. Tepatnya pada musim 1994/95. Maklum saja karena pada musim pertama digulirkannya kompetisi berlabel Liga Indonesia, Persikabo tampil sebagai juara divisi II dan promosi ke divisi I.
Tidak cukup sampai disitu, prestasi tim ini terus melejit. Hanya dua musim berada di kasta kedua kompetisi sepak bola nasional, tim berjuluk Laskar Padjadjaran sukses menembus pentas tertinggi sepak bola nasional kala itu, divisi utama.Sayang, setelah hanya dua musim berada di divisi utama, tim ini kembali degradasi ke divisi I.
Menariknya, hanya satu musim turun kasta, tim ini pun kembali ke divisi utama. Tepatnya pada musim kompetisi 1999/00. Tapi lagi-lagi tim yang berada di pinggir Jakarta ini tidak kuat bertahan di pentas divisi utama, dan hanya tampil satu musim sebelum kembali degradasi ke divisi I.
Bahkan kala itu, anti klimaks dari prestasi tim ini. Sebab, setelah itu prestasi tim ini terus melorot hingga kembali ke divisi II. Barulah pada musim 2004 mereka kembali naik ke divisi I dan dua musim berikutnya ke divisi utama.
Tapi pada perebutan tiket ke Superliga, tim ini gagal karena hanya menempati peringkat ke-11 wilayah Barat.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait