NEW DELHI,iNews.id - Murtad, mantan ketua Badan Wakaf Syiah Uttar Pradesh di India yakni Waseem Rizvi yang ingin menghapus 26 ayat dari Alquran, telah keluar dari Islam dan memeluk agama Hindu.
Waseem Rizvi pada Maret 2021 lalu, dia mengajukan petisi ke Mahkamah Agung India untuk menghapus 26 ayat dari Alquran. Dia menuduh ayat-ayat itu mengajarkan kekerasan.
Petisinya telah ditolak. Namun, tindakannya saat itu telah memicu kemarahan komunitas muslim India, yang beberapa di antaranya mengeluarkan ancaman pembunuhan terhadapnya.
Rizvi, yang mengambil nama baru sebagai Jitendra Narayan Singh Tyagi, masuk agama Hindu di bawah bimbingan pendeta kuil Dasna Devi Yati Narsinghanand Saraswati di Ghaziabad pada hari Senin.
Keluarganya mengatakan bahwa mereka tidak peduli dengan keputusannya.
Kakak Rizvi, Shanu, mengatakan kepada India Today TV: “Waseem adalah orang biasa bagi kami, seperti orang lain. Dia bukan apa-apa bagi keluarga kami dan tidak ada hubungannya dengan kami. Kami tidak peduli dengan keputusan apa pun yang diambil Waseem."
Ini bukan pertama kalinya keluarga Rizvi menjauhkan diri darinya. Sebelumnya, saat Rizvi ingin menghapus 26 ayat dari Alquran, Shanu mengatakan bahwa tindakannya tak ada hubungannya dengan keluarga.
Shanu mengatakan bahwa dia tinggal di rumah leluhur di Chowk, di mana Rizvi tidak datang atau mencoba melakukan kontak dengan anggota keluarga lainnya. “Sudah lebih dari tujuh bulan saya [tidak] berbicara dengannya,” kata Shanu.
Shanu mengatakan Rizvi tidak punya urusan dengan dia, saudara perempuan dan ibu mereka. "Rizvi telah berbicara menentang Islam, yang [tindakannya] sangat tidak pantas dan tidak ada anggota keluarganya yang mendukungnya. Bahkan istri dan anak-anaknya tidak mendukungnya. Tidak ada yang akan mendukungnya dengan keputusan ini," paparnya.
“Seluruh keluarga kami tidak mau berhubungan dengan Waseem, sekarang [bernama] Jitendra. Ia juga tidak memiliki hak atas harta ini karena harta ini telah dibagi-bagi dan ia telah menjual bagiannya. Dia dibuang dari masyarakat. Jadi, dia bebas pindah ke masyarakat lain mana pun,” kata Shanu.
Rizvi, mantan pemimpin Partai Samajwadi, memeluk agama Hindu pada 6 Desember 2021, yang bertepatan dengan peringatan 19 tahun pembongkaran Masjid Babri.
Sebelum konversi agama, Rizvi sempat berulah lagi yang membuat komunitas muslim India marah. Ulahnya tersebut adalah merilis buku yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW secara buruk.
Dua pemimpin Kongres Telangana, Feroz Khan dan Rashed Khan, telah mengumumkan hadiah Rs50 lakh dan Rs25 lakh untuk kepalanya karena dianggap tidak menghormati Islam.
Berbicara kepada India Today, pada Rabu (8/12/2021), kedua politisi itu mengatakan bahwa mereka tidak memiliki masalah dengan agama apa yang dipilih Rizvi karena itu adalah pilihan pribadinya dan India adalah negara sekuler.
Namun, mereka mengatakan "kesabaran mereka diuji" karena Rizvi terus-menerus tidak menghormati Islam selama delapan bulan dan itulah sebabnya mereka mendukung ancaman pembunuhan terhadapnya.
“Kami tidak peduli agama apa yang dianutnya. India adalah sekuler, siapa pun dapat mengikuti keyakinan apa pun. Kami menghormati semua agama. Tapi dia seharusnya tidak meremehkan kami. Jika dia melakukan itu, kami bisa membunuhnya,” kata pemimpin Kongres Telangana, Rashed Khan.
"Delapan bulan lalu, saya telah mengatakan bahwa saya akan memberikan hadiah Rs25 lakh kepada siapa pun yang memenggal kepala Waseem Rizvi. Ini karena dia telah tidak menghormati Nabi [Muhammad SAW] selama delapan bulan terus menerus. Jika seseorang melakukannya sekali karena kesalahan, saya bisa mengerti. Tapi tidak ini. Jika seseorang mengatakan ini tentang dewa-dewa Hindu, saudara-saudara Hindu kita juga akan bereaksi seperti ini," paparnya.
"Apakah dia agen partai, mengingat pemilu Uttar Pradesh? Dia mempolarisasi masyarakat India. Bagaimana seorang muslim bisa diam? Saya mendukung pengumuman hadiah Rs25 lakh saya," paparnya.
Ketika ditanya bagaimana dia bisa mengeluarkan ancaman seperti itu di negara demokratis, Feroz Khan berkata, “Saya percaya sepenuhnya pada hukum India, tetapi seharusnya sudah menghentikannya sekarang. Mengapa polisi tidak menangkapnya? Kita harus mendapatkan keadilan pada waktunya. Sekarang kesabaran kami sudah habis.”
Editor : Vitrianda Hilba Siregar
Artikel Terkait