Kasus Telur Busuk untuk Bansos, Begini Tanggapan Kejari Kabupaten Bogor 

Cahyat Supriatna
Penerima BPNT mendapatkan telur yang mayoritas sudah busuk. Foto. dok. Cahyat

BOGOR - Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Bogor membantah pernyataan ‘sudah beres’ yang diutarakan Farhan selaku pemasok telur busuk di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang.

Seperti diketahui, Farhan pemasok telur ke PT. Aam Prima Artha (APA), pada Selasa (25/1/22) saat konferensi pers mengatakan sudah beres dengan pihak kejaksaan, dinsos dan kepolisian soal adanya telur busuk yang dibagikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Desa Karang Tengah.

Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait pernyataan Farhan, Kasi Intel Kejari Kabupaten Bogor, Juanda menampik pemberitaan yang beredar. Bahkan, pihak Kejari belum pernah menemui pemasok telur milik PT Aam tersebut.

“Makanya saya juga bingung beres terkait apa itu (pernyataan Farhan, red),” singkatnya, Rabu (26/1/22).

Sebelumnya, melalui Konferensi Pers, Farhan pemasok telur ke PT. Aam Prima Artha (APA) untuk pengiriman ke desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor menyatakan kewalahannya menyuplai 7.123 paket telur ke seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Bogor.

Farhan menyatakan dari banyaknya paket telur yang harus dipasok, , perusahaan tidak bisa memastikan telur yang dipasok kepada agen itu busuk atau tidak.

“Kita tidak tahu telur itu kondisi dalamnya bagus atau tidak, kami hanya bisa mengecek kondisi telur itu bagus atau tidak,” ucapnya saat melakukan konferensi pers di Saung Abah, Sentul Kecamatan Babakan Madang.

Dari 7123 paket, setiap paket berisi satu kilogram telur, Farhan mengatakan ketidaksanggupan perusahaan untuk melakukan screening satu-persatu. “Kami tidak bisa melakukan pengecekan satu-persatu,” katanya.

Farhan pun memaparkan dari 7123 paket telur, ada 95 paket yang dikeluhkan baik oleh agen maupun KPM. “Paket dari 7123 kedapatan yang komplain hanya 95 paket itu pun sebagaian besar sudah kami ganti,” paparnya.

Menurut Farhan, proses screening atau Quality Control (QC) sudah dilakukan terus-menerus sedari peternakan.

“Mungkin karena dikirim dari Jawa Tengah dan jumlahnya yang besar, mungkin disana ada proses dalam pengiriman yang memakan waktu beberapa hari hingga terjadinya pembusukan,” jelasnya.

Bahkan, lanjut Farhan, saat telur sampai di gudang, perusahaan kembali lakukan checking ulang terkait kondisi telur.

“Di gudang kembali dilakukan screening, apakah ada telur yang kurang baik atau tidak, saat di distribusikan ke agen pun, kami sudah mengingatkan untuk melakukan checking ulang kepada sebelum di distribusikan ke KPM,” tukasnya.

Farhan menambahkan, jika dirinya merupakan supplier telur yang di pakai oleh PT Aam Prima Artha untuk memenuhi kebutuhan bantuan BPNT yang di kelola oleh PT. Aam, dan menurutnya untuk wilayah Bogor sendiri PT Aam tidak memiliki gudang sendiri.

“Ada gudang saya yang di Sindangbarang, adanya pertemuan dengan media ini merupakan bagian niat baik saya untuk memperbaiki nama PT Aam, dimana setelah ini PT Aam mau memakai saya lagi atau tidak itu saya kembalikan lagi kepada mereka. Yang pasti untuk persoalan ini mulai dari pergantian di masyarakat, klarifikasi ke Dinas Sosial, Kepolisan, dan Kejaksaan semua nya sudah beres,” papar Farhan.
 

Editor : Hilman Hilmansyah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network