BOGOR - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan pernah melakukan kajian awal kemungkinan pembangunan kereta gantung di Puncak, Kabupaten Bogor dalam bentuk Outline Business Case (OCB) pada 2021.
Tak hanya kereta gantung, melainkan juga kajian secara komprehensif tentang bagaimana bentuk transportasi massal berbasis rel yang paling memungkinkan diterapkan di kawasan Puncak.
Direktur Prasarana BPTJ Jumardi mengatakan karena pembangunan moda berbasis rel di Puncak bertujuan mengurangi beban kemacetan lalu lintas berbasis jalan, tentu harus mempertimbangkan fungsi yang maksimal sebagai angkutan umum massal.
"Selain itu tentu harus mempertimbangkan karakteristik demand serta faktor teknis yang paling memungkinkan, sehingga akan menarik perhatian investor untuk mendanai," kata Jumardi, dalam keterangan tertulisnya.
Dengan pertimbangan tersebut hasil kajian merekomendasikan bentuk moda transportasi berbasis rel yang paling memungkinkan dibangun adalah kombinasi antara Kereta AGT (Automated Guideway Transit) dan kereta gantung (Cable Car).
Lebih lanjut Jumardi menjelaskan, bahwa keseluruhan panjang lintasan angkutan berbasis rel tersebut menurut hasil kajian adalah 27,88 kilometer dengan terbagi dalam 2 segmen. Segmen I yakni antara Sentul City-Taman Safari sepanjang 23,40 kilometer menggunakan moda Kereta AGT.
"Jadi wisatawan yang akan ke Puncak sudah dapat mengakses moda transportasi massal berbasis rel mulai dari Sentul City, untuk menghindari kemacetan karena penggunaan kendaraan pribadi," jelasnya.
Sedangkan, untuk segmen II adalah antara Taman Safari- Puncak sepanjang 4,48 kilometer. Dimana, segmen ini baru menggunakan kereta gantung.
"Kalau melihat wisatawan yang ke Puncak itu biasanya membawa banyak barang, sebab mereka umumnya menginap 1-2 malam beserta kerabat atau teman. Ini lebih tepat dilayani dengan kereta AGT yang memungkinkan membawa barang sementara kereta gantung tidak memungkinkan itu," ungkapnya.
Jumardi menambahkan, selain kereta AGT memang terdapat jenis moda berbasis rel lain yang memiliki kemampuan mengangkut orang secara massal dengan barang bawaan yaitu monorail dan LRT.
Namun LRT membutuhkan ruang dan biaya lebih besar. Sementara monorail memiliki keterbatasan pasokan karena secara global tidak cukup banyak pengguna teknologi ini sehingga jaminan keberlanjutan suku cadang juga kurang terjamin.
"Saat ini di dunia internasional kereta AGT merupakan moda berbasis rel yang paling banyak digunakan untuk angkutan perkotaan sekaligus wisata. Teknologinya juga terus berkembang sehingga lebih terjamin kelangsungan pasokannya," pungkasnya.
Editor : Hilman Hilmansyah
Artikel Terkait