JAKARTA, iNewsBogor.id - Peluang Indonesia untuk mencapai status negara besar pada tahun 2045 tampak sangat cerah dengan syarat dapat memanfaatkan dengan cermat dan mengelola delapan aset berharga yang dimilikinya.
Delapan aset tersebut, yang dikenal sebagai Asta Gatra, mencakup posisi geografis, sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang produktif, ideologi, sistem politik, potensi ekonomi, struktur sosial budaya, dan kekuatan pertahanan keamanan.
Semua ini harus dimanfaatkan secara optimal agar harapan mencapai visi Indonesia Emas 2045 bisa menjadi kenyataan.
Pernyataan ini disampaikan oleh Ahmad Heryawan, seorang politisi dari PKS, dalam perannya sebagai pembicara utama dalam diskusi publik dengan tema "Indonesia Emas 2045: Menghadapi Tantangan Multidimensi" yang digelar di Aula Rumah Kepemimpinan, Srengseng Sawah, Jakarta, pada Sabtu (7/10/2023).
Heryawan menekankan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat dan sistem pemerintahan yang mampu mengoptimalkan potensi tersebut dalam kerangka geopolitik dan geostrategis yang kokoh. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan reputasi Indonesia di mata dunia.
"Kita memiliki semua komponen yang diperlukan untuk menjadi negara besar. Posisi geografis Indonesia sangat strategis, sumber daya alamnya melimpah, dan jumlah penduduknya sangat besar," ujar mantan Gubernur Jawa Barat yang akrab disapa Aher.
Dengan potensi luar biasa ini, Aher optimis bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju dalam beberapa tahun ke depan.
Diskusi publik ini merupakan bagian dari rangkaian acara yang diselenggarakan oleh Center for Indonesian Reform (CIR) dengan beragam pembicara terkemuka seperti Prof. Siti Zuhro, Peneliti Ahli Utama BRIN, Sofwan Albanna, Associate Profesor FISIP UI, Letjen TNI (Purn) M. Setya Sularso, dan Fahmi Islam Jiwanto, Direktur LKPPI.
Diskusi ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai latar belakang, termasuk aktivis mahasiswa, perwakilan organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, militer, agama, peneliti, dan akademisi.
Editor : Lusius Genik NVL