Taman Safari Bogor Sukses Kembangbiakkan Kodok Merah yang Hampir Punah

BOGOR, iNewsBogor.id - Taman Safari Bogor berhasil mengembangbiakkan dan menetaskan 4 ekor Kodok Merah (Leptophryne Cruentata) untuk pertama kali di luar habitat alaminya. Satwa tersebut merupakan spesies endemik Jawa yang terancam punah.
"Ini merupakan pencapaian luar biasa dalam upaya penyelamatan salah satu permata alam langka Indonesia," kata Direktur Taman Safari Indonesia Jansen Manansang, Selasa (15/4/2025).
Satwa yang berstatus dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 ini kini menjadi simbol penting upaya penyelamatan keanekaragaman hayati Indonesia yang terancam akibat perusakan habitat dan perubahan iklim.
Tim konservasi Taman Safari Bogor berhasil mendokumentasikan seluruh proses reproduksi dan metamorfosis spesies langka ini. Mulai dari perkawinan, peneluran, hingga perkembangan menjadi kodok dewasa.
"Keberhasilan ini membuka harapan baru bagi konservasi amfibi endemik yang terancam kepunahan. Kami telah bekerja keras untuk menciptakan kondisi habitat yang ideal bagi reproduksi Kodok Merah, dengan mereplikasi secara tepat suhu, kelembaban, dan faktor lingkungan dari habitat alaminya di pegunungan Jawa Barat. Prestasi ini membuktikan komitmen Taman Safari Indonesia dalam mendukung agenda konservasi nasional dan global." ungkapnya.
Selama proses perkawinan, Kodok Merah jantan mengeluarkan suara khas yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya. Para peneliti mencatat bahwa dalam sekali bertelur seekor Kodok Merah betina dapat menghasilkan 50 hingga 150 butir jumlah yang relatif kecil karena strategi reproduksi yang selektif dan habitat terbatas spesies ini.
Adapun tim konservasi berhasil mendokumentasikan tahapan metamorfosis lengkap. Dimulai pada hari ke 0-4 masa perkembangan telur,Hari ke 6-18 fase pembentukan mulut dan organ internal, berudu sudah mulai aktif mencari makanan di bebatuan, hari ke 60-76 pase yang menunjukan perkembangan morfologis yang signifikan ditandai dengan pertumbuhan kaki belakang dan diikuti dengan pertumbuhan kaki depan, hari ke 90-95 berudu menyelesaikan metamorfosis dan pertama kali melangkah ke darat, dan ekor secara bertahap menyusut dan hari ke 95-100.tahapan dimana kodok merah menyelesaikan seluruh tahapan metamorfosisnya dan sepenuhnya beradaptasi untuk kehidupan di darat.
"Dokumentasi lengkap siklus hidup Kodok Merah yang kami lakukan memiliki nilai ilmiah yang sangat tinggi. Kami menemukan bahwa kualitas air dan mikrohabitat yang spesifik menjadi faktor krusial dalam keberhasilan reproduksi spesies ini. Temuan-temuan ini akan kami publikasikan dalam jurnal ilmiah internasional sebagai kontribusi Indonesia untuk ilmu pengetahuan global tentang konservasi amfibi," ucap Vice President Life Science Taman Safari Indonesia, Bongot Huaso Mulia.
Prestasi ini menandai tonggak penting dalam upaya global melindungi keanekaragaman hayati, khususnya amfibi yang terancam punah. Keberhasilan program penangkaran ini diharapkan dapat diterapkan untuk spesies langka lainnya, serta mendukung program pelepasliaran di masa depan.
Untuk diketahui, Kodok Merah dikenal sebagai 'Bleeding Toad' karena warnanya yang merah mencolok, spesies ini hanya ditemukan di beberapa lokasi terbatas di Pulau Jawa dan termasuk dalam daftar merah IUCN The International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status konservasi "kritis" (Critically Endangered) sebagai spesies terancam punah.
Editor : Furqon Munawar