get app
inews
Aa Text
Read Next : Pastikan Bantuan Tepat Sasaran, Pemkot Bogor Perketat Verifikasi DTSEN

Dari 3R ke 10R, UIKA Dorong Bogor Jadi Kota Sirkular

Senin, 20 Oktober 2025 | 21:43 WIB
header img
Tim pakar dan ekspatriat di Eco-Technopark UIKA Bogor turut andil dalam pengelolan sampah berbasis teknologi ramah lingkungan di Kota Bogor, (Foto : IST)

BOGOR, iNewsBogor.id – Kota Bogor kembali jadi sorotan setelah resmi masuk dalam program Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) sesuai Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Kebijakan ini disambut positif oleh berbagai kalangan,tak terkecuali akademisi lingkungan dari Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor.

Salah satu dosen Ilmu Lingkungan FTS UIKA, Dr. Rimun Wibowo, S.P., M.Si., menilai langkah tersebut sejalan dengan konsep ekonomi sirkular modern yang kini berkembang dari 3R menjadi 10R.

“PSEL adalah momentum penting. Tapi yang paling utama, kita harus mengubah cara berpikir: dari sekadar membuang sampah menjadi bagaimana setiap produk dan material bisa terus bernilai,” ujar Dr. Rimun saat ditemui di Kampus FTS UIKA, Jalan K.H. Sholeh Iskandar, Kota Bogor, akhir pekan lalu.

Lebih dari Sekadar 3RMenurutnya, paradigma lama 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sudah tidak cukup menghadapi skala dan kompleksitas permasalahan lingkungan kota saat ini.

“Sekarang sudah berkembang menjadi 10R, yaitu Refuse, Rethink, Reduce, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, Recycle,Recover, dan Return,” jelasnya.

Melalui prinsip 10R, pengelolaan sumber daya tidak lagi berhenti di tahap daur ulang, tetapi sudah dimulai sejak perancangan produk hingga pengembalian bahan ke sistem produksi.

“Misalnya, Refuse berarti menolak produk yang tidak ramah lingkungan, Repair mendorong perbaikan barang agar tidak cepat dibuang, dan Recover menekankan pemanfaatan energi dari limbah seperti konsep PSEL di Bogor,” paparnya.

Bogor di Persimpangan

Kota Bogor menghasilkan sekitar 700 ton sampah per hari, dan sekitar 200 ton di antaranya belum tertangani optimal. Dengan bergabungnya Bogor dalam program PSEL, diharapkan sebagian besar residu sampah dapat diolah menjadi energi listrik ramah lingkungan.

“Langkah ini bagus, tapi jangan berhenti di teknologi. Harus ada perubahan perilaku warga. Sampah yang tidak terpilah dari rumah akan tetap jadi masalah, meskipun ada PSEL,” tegas Dr. Rimun.

Menurutnya, peran masyarakat, dunia usaha, dan kampus sangat penting. UIKA Bogor tengah mengintegrasikan konsep ekonomi sirkular dalam kurikulum dan penelitian mahasiswa, termasuk pengembangan eco-technopark kampus.

Dari Kampus untuk Kota

FTS UIKA, lanjut Dr. Rimun, sedang mengembangkan model pembelajaran berbasis aksi nyata. Mahasiswa tidak hanya diajak memahami teori, tapi juga turun langsung mengelola limbah laboratorium, membuat produk upcycling (pemanfaatan ulang limbah menjadi barang bernilai lebih tinggi), dan memetakan potensi energi dari sampah organik di lingkungan sekitar kampus.

“Kami ingin membentuk generasi yang tidak hanya peduli, tapi juga mampu berinovasi. Kalau mahasiswa bisa menunjukkan contoh, masyarakat akan lebih mudah ikut,” katanya.

Program ini sejalan dengan kredo FTS UIKA Bogor sebagai kampus BERADAB: B – Beriman dan bertakwa; E – Etika profesional; R – Rasional dan kritis; A – Amanah; D – Dedikasi; A – Akhlak mulia; dan B – Berkah untuk umat.

Nilai tersebut, menurutnya, juga mencerminkan semangat ekonomi sirkular yang tidak hanya rasional secara ekonomi, tapi juga etis terhadap lingkungan.

Harapan untuk Pemerintah Daerah

Dr. Rimun berharap Pemerintah Kota Bogor terus memperkuat regulasi, memperluas sistem bank sampah, dan menggandeng universitas serta pelaku industri. “Bogor bisa menjadi kota percontohan ekonomi sirkular di Indonesia jika memiliki kemauan politik dan konsistensi di lapangan,” ujarnya.

Ia menambahkan, keberhasilan PSEL dan 10R tidak semata soal teknologi, melainkan soal kesadaran kolektif. “Kalau kita bisa mengubah cara pandang dari buang menjadi gunakan kembali, maka bukan hanya sampah yang berkurang, tapi juga terbuka peluang ekonomi baru yang lebih hijau,” tutupnya.

Editor : Furqon Munawar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut