BogorRaya, iNews.id – Tahu dan tempe menghilang di pasar tradisional Kosambi, Bandung, Jawa Barat. Hal ini dikarenakan adanya aksi mogok produksi perajin tahu dan tempe selama 3 hari imbas mahalnya harga kedelai.
Kini para pedagang sementara berhenti berjualan karena harga kedelai yang mahal. Sejumlah jongko tahu dan tempe terlihat kosong.
Pedagang berhenti berjualan tahu dan tempe karena harga kedelai yang mahal hampir Rp12.000 per kilogram (kg). Kini para pedagang mengaku saat ini hanya berjualan oncom di lapak dagangannya.
"Sejumlah konsumen mengeluh serta menghilang akibat aksi mogok para pengrajin tahu dan tempe," kata Cucu salah satu pedagang tahu dan tempe.
Meski sebelumnya Pemprov Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan ( Disperindag ) sudah meminta para produsen tahu dan tempe di Jabar tidak melakukan mogok produksi sebagai imbas kenaikan harga kedelai.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jabar, Eem Sujaemah mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait rencana atau adanya mogok produksi dari para produsen tahu dan tempe di Jabar.
Menurut Eem, sejak Januari 2021 lalu, pihaknya bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan Jabar, Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan Jabar, serta Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar operasi pasar sesuai arahan Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian.
Eem mengakui, pasokan kedelai hingga saat ini masih mengandalkan impor. Kondisi tersebut kata Eem, terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Pihaknya kini menunggu arahan dan kebijakan teknis dari Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian untuk mengatasi persoalan tersebut.
Eem menambahkan, ketimbang melakukan mogok produksi, Eem menyatakan bahwa Gakoptindo telah menyarankan agar produsen tahu dan tempe menaikkan harga jual tahu dan tempe maksimal 30%.
Editor : Ghazali Hasan