Kisah Paspampres Kawal Soeharto yang Menolak Pakai Rompi Anti Peluru saat ke Bosnia

Vitrianda Hilba Siregar
Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) menyiapkan diri untuk mengawal Jokowi ke Ukraina.

PASPAMPRES atau Pasukan Pengamanan Presiden akan memberikan pengawal ketat saat Presiden Joko Widodo mengunjungi ke Ukraina.

Komandan Paspampres (Danpaspampres) Mayjen TNI Tri Budi Utomo mengatakan, pihak sudah menyiapkan 39 personel mendampingi Presiden Jokowi. 

Selain itu juga membawa rompi, senjata laras panjang dan 39 personel.

Kesiapan Paspampres memberikan pengawalan kepada presiden saat berada di luar negeri, terutama di negara yang sedang dalam kondisi perang juga pernah dilakukan.

Jika melihat sepak terjang Paspampres, pasukan khusus ini juga pernah memberikan pengawalan maksimal kepada Presiden RI ke-2 Soeharto saat mengunjungi Sarajevo untuk memberikan dukungan moril kepada umat Islam Bosnia. Di mana saat itu sedang dilanda perang pada pada tahun 1995.


Paspampres memberikan pengawalan maksimal saat Presiden RI ke-2 Soeharto mengunjungi Sarajevo untuk memberikan dukungan moril kepada umat Islam Bosnia. Foto: IG Sjafrie Sjamsoeddin

Kunjungan Soeharto saat itu tergolong sangat berani, karena dua hari sebelum kunjungan yang tercatat pada 11 Maret 1995, sebuah pesawat utusan PBB ditembak jatuh di atas udara Bosnia. 

Namun Soeharto tetap bersikeras ingin mengunjungi Sarajevo, meski nyawa taruhannya.

Dikutip dari buku berjudul Pak Harto: The Untold Stories, mantan Komandan Grup A Paspampres, Sjafrie Sjamsoeddin, membagikan pengalamannya melindungi Presiden Soeharto dari ancaman penembak jitu.

Sjafrie yang malang melintang di Korps Baret Merah Kopassus mengatakan, setelah satu jam perjalanan dari Bandara Kroasia. Soeharto akhirnya tiba di Bandara Bosnia.

Namun, saat sampai di Bosnia, Soeharto menolak menggunakan rompi antipeluru yang sudah dipersiapkan. Bahkan, Soeharto meminta Sjafrie untuk membawakan rompi antipeluru tersebut. ”Eh Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," kata Sjafrie menirukan ucapan Soeharto.

 

Sjafrie yang malang melintang di Korps Baret Merah Kopassus mengatakan, setelah satu jam perjalanan dari Bandara Kroasia. Soeharto akhirnya tiba di Bandara Bosnia.

Namun, saat sampai di Bosnia, Soeharto menolak menggunakan rompi antipeluru yang sudah dipersiapkan. Bahkan, Soeharto meminta Sjafrie untuk membawakan rompi antipeluru tersebut. ”Eh Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," kata Sjafrie menirukan ucapan Soeharto.

Sikap Soeharto yang terbilang nekat itu membuat dirinya kebingungan. Suasana pun semakin mencekam lantaran, suara dentuman meriam dan desingan peluru terdengar sangat jelas.

Sjafrie pun mempunyai ide, dan segera meminjam jas dan peci hitam yang sama persis dengan yang dipakai Soeharto untuk mengelabui para sniper yang ada di sekitarnya.

Mantan Pangdam Jaya ini terus menempel Soeharto itu melindungi orang nomor satu di Indonesia ketika itu. "Ini untuk menghindari sniper mengenali sasaran utamanya dengan mudah," ucap Sjafrie.

Penasihat khusus Prabowo di Kementerian Pertahanan ini juga membagikan kisahnya tersebut di channel Refly Harun.

“Pembicaraan antara dua presiden, memang terjadi ledakan tapi ledakan itu tidak mengganggu jalannya pertemuan,” kata Sjafrie menjawab pertanyaan Refly soal kejadian di Sarajevo.

Sementara untuk mengawal Presiden Jokowi nantinya, setidaknya ada 39 anggota Paspampres diikutsertakan dalam kunjungan ini. Sebanyak 10 personel tergabung dalam tim penyelamatan, 19 personel grup utama dan 10 personel menjadi tim pendahulu yang sudah berada di Rusia atau Ukraina.

Sikap Soeharto yang terbilang nekat itu membuat dirinya kebingungan. Suasana pun semakin mencekam lantaran, suara dentuman meriam dan desingan peluru terdengar sangat jelas.

Sjafrie pun mempunyai ide, dan segera meminjam jas dan peci hitam yang sama persis dengan yang dipakai Soeharto untuk mengelabui para sniper yang ada di sekitarnya.

Mantan Pangdam Jaya ini terus menempel Soeharto itu melindungi orang nomor satu di Indonesia ketika itu. "Ini untuk menghindari sniper mengenali sasaran utamanya dengan mudah," ucap Sjafrie.

Penasihat khusus Prabowo di Kementerian Pertahanan ini juga membagikan kisahnya tersebut di channel Refly Harun.

“Pembicaraan antara dua presiden, memang terjadi ledakan tapi ledakan itu tidak mengganggu jalannya pertemuan,” kata Sjafrie menjawab pertanyaan Refly soal kejadian di Sarajevo.

Sementara untuk mengawal Presiden Jokowi nantinya, setidaknya ada 39 anggota Paspampres diikutsertakan dalam kunjungan ini. Sebanyak 10 personel tergabung dalam tim penyelamatan, 19 personel grup utama dan 10 personel menjadi tim pendahulu yang sudah berada di Rusia atau Ukraina.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network