JAKARTA, iNewsBogor.id - Anggota Komisi XI DPR RI, Marwan Cik Asan, mengingatkan pemerintah agar waspada terhadap kemungkinan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024. Meski angka pertumbuhan mencapai 5,11 persen menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), namun terdapat kontraksi sebesar 0,84 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal pertama ini terjadi karena momen Ramadan dan persiapan Lebaran. Kita bisa lihat itu dari meningkatnya indeks ritel. Tapi kuartal berikutnya, akan banyak momentum krusial yang menjadi tantangan dan harus diwaspadai," ujar Marwan dalam keterangan tertulis, Selasa (7/5/2024).
Marwan menyoroti kurangnya momentum baru dalam meningkatkan konsumsi masyarakat yang menyebabkan sulitnya mencapai pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024. Efek dari peningkatan konsumsi selama musim Ramadan dan Idul Fitri kemungkinan akan segera tergerus pada kuartal pertama tahun ini.
"Begitu pula dengan dampak dari belanja seputar Pemilu 2024," kata Sekretaris Fraksi Partai Demokrat ini.
Marwan melihat perekonomian domestik dihadapkan pada tantangan perlambatan yang semakin nyata. Ini kemungkinan terjadi karena daya beli masyarakat kekurangan stimulus dan momentum peningkatan belanja pun minim. Sementara itu, kenaikan suku bunga acuan BI rate juga berpotensi menghambat ekspansi dunia usaha.
"Kita harus sepenuhnya sadar bahwa konsumsi domestik merupakan motor utama perekonomian Indonesia. Sumbangannya tak kurang dari 53% bagi perekonomian nasional. Karena itu, stimulus perlu diperluas, tidak hanya menyasar kelompok miskin dan rentan, tetapi juga kepada kelas menengah yang menjadi tulang punggung ekonomi. Kelas menengah itu sumbangan konsumsinya mencapai 40%," kata Marwan. Ia menambahkan bahwa kelas menengah bawah saat ini semakin merasakan dampak kelesuan perekonomian.
Dengan proyeksi kondisi ekonomi yang menantang pada kuartal berikutnya, menurut Marwan, pemerintah perlu mengarahkan kebijakan dan stimulus yang lebih besar ke perekonomian dengan strategi yang tepat. Stimulus fiskal tidak hanya boleh bersifat konsumtif, namun juga harus diarahkan ke sektor produktif yang memiliki efek pengganda kepada seluruh sektor dalam perekonomian.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait