Melalui prinsip 10R, pengelolaan sumber daya tidak lagi berhenti di tahap daur ulang, tetapi sudah dimulai sejak perancangan produk hingga pengembalian bahan ke sistem produksi.
“Misalnya, Refuse berarti menolak produk yang tidak ramah lingkungan, Repair mendorong perbaikan barang agar tidak cepat dibuang, dan Recover menekankan pemanfaatan energi dari limbah seperti konsep PSEL di Bogor,” paparnya.
Bogor di Persimpangan
Kota Bogor menghasilkan sekitar 700 ton sampah per hari, dan sekitar 200 ton di antaranya belum tertangani optimal. Dengan bergabungnya Bogor dalam program PSEL, diharapkan sebagian besar residu sampah dapat diolah menjadi energi listrik ramah lingkungan.
“Langkah ini bagus, tapi jangan berhenti di teknologi. Harus ada perubahan perilaku warga. Sampah yang tidak terpilah dari rumah akan tetap jadi masalah, meskipun ada PSEL,” tegas Dr. Rimun.
Menurutnya, peran masyarakat, dunia usaha, dan kampus sangat penting. UIKA Bogor tengah mengintegrasikan konsep ekonomi sirkular dalam kurikulum dan penelitian mahasiswa, termasuk pengembangan eco-technopark kampus.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait
