Kesalehan Anak Cermin Kesalehan Orangtua Mendidik dengan Nilai-Nilai Agama

Tim iNews.id
Kesalehan anak cerminan kesalehan Orangtua. (Foto: Shutterstock)

KESALEHAN anak sangat terkait erat dengan kesalehan orangtuanya keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Apabila ingin mewujudkan rumah tangga bahagia dunia akherat, anak yang saleh, keluarga Islami yang sakinah mawaddah dan rohmah, maka dimulai dari orangtua.

Bila ayah dan ibu orangtua yang saleh dan saleha, tentu dia akan berusaha semaksimal mungkin agar anak-anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah pula. Dan kelak pada gilirannya, ketika anak sudah menjadi orang tua, diapun akan menjadi orang tua saleh, yang akan berusaha sungguh-sungguh agar anak-anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah pula. 

Sebagaimana diketahui kriteria anak saleh dalam hubungannya dengan orang tua adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya, atau BIRRUL WAALIDAIN. 

Ciri-ciri anak saleh dilukiskan dengan indah dalam Surat Al Isra,(17):23-24 sebagai berikut :

وَقَضَى رَبُّكَ ألاَّ تَعْبًدُوْا إلاَّ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إحْسَانًا اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَكُنْ لَهًمَا اُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَكُنْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَاحْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّانِيْ صَغِيْرًا                                                  
     
“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku sejak kecil".

Anak saleh adalah anak yang selalu mengabdi dan berbakti kepada orang tua, baik di kala mereka masih hidup maupun sudah meninggal dunia.

Dalam hadits riwayat Bukhari Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ اَرْضَى وَالِدَيْهِ فَقَدْ اَرْضَى الله وَمَنْ اَسْخَطَ وَالِدَيْهِ فَقَدْ اَسْخَطَ الله

“ Barangsiapa membuat hati kedua orang tuanya ridho, sesungguhnya dia telah membuat Allah ridho kepadanya. Dan barangsiapa membuat hati kedua orang tuanya murka, sesungguhnya dia telah membuat Allah murka kepadanya”.

Ulama dan Mantan Anggota Komisi Ukhuwah MUI DKI Jakarta, KH Drs Syarifuddin Mahfudz MSi menyebutkan, dikala orangtua memasuki usia senja, usia lanjut, yang juga acapkali dibarengi dengan kondisi badan yang renta dan sakit-sakitan, anak saleh justru akan semakin besar pengabdiannya kepada mereka. Kondisi orang tua yang udzur menjadi ladang baginya untuk meraih surga.
Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صم: رَغِمَ اَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفًهً, قِيْلَ مَنْ يَا رَسُوْلُ الله؟ قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ اَحَدٌهٌمَا اَوْ كِلاَهُمَا ثُمَّ 

“Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw bersabda:  celakalah seorang anak, kemudian celakalah seorang anak, kemudian celakalah seorang anak. Beliau ditanya, siapakah dia wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Seorang anak yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya berada dalam usia lanjut, akan tetapi ia tidak masuk surga”. (Riwayat Muslim)

Apa yang disinyalir hadits ini sering kita jumpai di tengah masyarakat. Banyak anak yang tidak peduli dengan orangtuanya, justru dikala kondisi orang tua membutuhkan kasih sayang dan kepedulian anak. Bahkan konon ada anak yang tega menitipkan orang tuanya yang sudah jompo di Panti Asuhan dikarenakan tidak mau direpotkan dengan urusan tetek bengek orang tua yang sudah pikun. 

Bakti anak saleh akan terus berlanjut, walaupun orang tua sudah berpulang ke rahmatullah. Dalam sebuah hadits  riwayat Bukhari Rasulullah saw menjelaskan sebagai berikut:

عَنْ اُسَيْدِ بِنْ عَالِيْ بِنْ اُبَيْد عَنْ اَبِهِ, اَنَّهُ سَمِعَ اَبَا اُسَيْد يُحَدِّثُ الْقَوْمَ, قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صم, فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْل الله هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ اَبَوَيْ شَيْءٌ بَعْدَ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ: نَعَمْ, خِصَالُ اَرْبَعٍ؛ الدُّعَاءُ لَهُمَا, والإِسْتِغْفَارُ لَهُمَا, وَالإنْفَاذُ عِنْدَهُمَا, وَاِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحمِ الَّتِيْ لاَرَحِمَ لَكَ اِلاَّ مِنْ 

Dari Usaid bin Ali bin Ubaid dari ayahnya, sesungguhnya ia pernah mendengar Abu Usaid berkata kepada orang banyak: “Kami pernah bersama Nabi SAW, kemudian ada seseorang bertanya ;”Wahai Rasulullah apakah saya masih dapat berbakti kepada ibu dan bapakku sepeninggal mereka? Beliau berkata: “Ya dengan empat hal, mendo’akan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, memenuhi janji keduanya,  serta memuliakan teman-teman keduanya dan menyambung tali silaturahim yang menyebabkan kamu bersilaturahim karena rintisan mereka sebelumnya”.

Karena itulah, anak saleh adalah wujud dari human invesment, yang tidak saja akan memberi manfaat bagi orangtua di kala usia senja, tetapi juga manfaat yang amat sangat berharga bagi orangtua, dikala mereka sudah di alam baka.

Dalam sebuah hadits yang sangat dikenal kaum Muslimin riwayat Ahmad dari Abu Hurairoh RA, Rasulullah saw bersabda :

اِذَا مَاتَ اِبْنُ ادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ؛ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ, اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَوْوَلَدٍ صَالِحٍ

“ Apabila anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya”

Do’a yang sering diucapkan setiap Muslim setelah selesai shalat adalah:
رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرُا.

“ Wahai Tuhan ampunilah aku dan kedua orang tuaku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil”.

Do’a anak saleh yang dilakukan dengan tulus, dengan penuh rasa pengabdian dan bakti kepada orangtua, yang dihormati dan sangat dicintai, inilah yang dapat menyelamatkan orangtua di akhirat, atau bahkan meninggikan derajat orang tua di surga.

Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah ra Rasulullah SAW bersabda:
تُرْفَعُ لِلْمَيِّةِ بَعْدَ مَوْتِهِ دَرَجَاتُهُ فَيَقُوْلُ: اَيْ رَبِّ اَيُّ شَيْءٍ هَذِهِ؟ فَيُقَالُوا: وَلَدُكَ اِسْتَغْفَرَ لَكَ.

“ Ada seorang yang mati ditinggikan derajatnya di surga, sehingga dia bertanya-tanya; Wahai Tuhanku, dari mana aku mendapat tingkatan yang sangat tinggi ini? Lalu dikatakan kepadanya; anakmu telah memohonkan ampunan bagimu”.

Kiranya perlu digaris bawahi bahwa keinginan orangtua agar anak-anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, perlu dibarengi dengan upaya yang keras dan serius. Terutama melalui pendidikan dan keteladanan dari orangtua. Tanpa keteladanan hasil yang dicapai tentu tidak akan maksimal, bahkan kemungkinan besar kontra produktif.

Di sinilah pentingnya kesalehan orangtua. Setiap orang tua Muslim seyogyanya punya komitmen tinggi untuk menampilkan citra, bahwa dirinya adalah orang tua saleh.

Sebagaimana anak saleh bisa meninggikan derajat orang tuanya di surga, orang tua salehpun bisa  meningkatkan derajat anak keturunannya di surga kelak.

“ Ibnu Abbas berkata:” Sesungguhnya Allah akan meninggikan anak keturunan seorang mukmin yang tingkatannya berada di bawah tingkatan orang tuanya, agar mereka dekat dengan orang tua mereka”. (Muhammad Ibrahim An Nu’aim, Amalan-Amalan Untuk Meraih Tingkatan Tertinggi Surga, Terj, hal 114).

Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Al Qur’an surat Ath Thur, 52:21 sebagai berikut:

وَالَّذِيْنَ اَمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإيْمَانٍ الْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا اَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍكُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
 
“ Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”

“ Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga”. (Al Qur’an Dan Terjemahnya, Depag)

“ Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa orang-orang yang beriman yang diikuti oleh anak cucu mereka dalam keimanan, akan dipertemukan Allah swt dalam satu tingkatan dan kedudukan yang sama sebagai karunia Tuhan kepada mereka, meskipun para keturunan ternyata belum mencapai derajat tersebut dalam amal mereka. Dengan demikian, orang tua mereka menjadi senang, maka sempurnalah kegembiraan mereka karena dapat berkumpul semua bersama-sama”. (Al Qur’an Dan Tafsirnya, Jilid IX, Depag, hal 527).

“ Dalam tafsirnya Ibnu Mardawaih menyebutkan hadits dari Ibnu Abbas ra, dari Nabi Muhammad saw yang bersabda :

اِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ الْجَنَّةَ, سَألَ عَنْ اَبَوَيْهِ وَزَوْجَتِهِ وَوَلَدِهِ, فَيُقَالُ: اِنَّهُمْ لَمْ يَبْلُغُ دَرَجَتَكَ اَوْ عَمَلَكَ, فَيَقُوْلُ: يَا ربِّ قَدْ عَمِلْتُ لِيْ وَلَهُمْ, فَيُؤمَرُ بإلْهَاٌقِ بِهِمْ.

“ Jika seseorang telah memasuki surga, maka ia menanyakan perihal kedua orang tuanya, isteri dan anaknya. Dikatakan kepadanya; Sesungguhnya mereka tidak sama dengan derajatmu dan amal perbuatanmu. Orang tersebut berkata; Tuhanku sesungguhnya dulu di dunia aku bekerja untuk kepentingan diriku dan kepentingan mereka. Lalu orang tersebut diperintahkan menyusul mereka”. (Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, Tamasya ke Surga, terj, hal 504)

Ayat ini mestinya menjadi motivasi agar setiap orang tua istiqomah atau konsisten dalam membina keluarga bahagia yang dipayungi oleh nilai-nilai Islami, sehingga kelak mereka dapat berkumpul kembali dengan anak keturunannya dalam kehidupan surga yang abadi. 

Alangkah indahnya kebersamaan keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang, tidak sebatas ketika hidup bersama di dunia, yang hanya sebentar saja. Namun dilanjutkan hingga ke surga, yang kepadanya setiap Mukmin berharap.

Tentu saja anak tersebut tidak gratisan masuk surga, hanya karena faktor orang tua. Namun yang bersangkutanpun mempunyai persyaratan yang layak untuk menjadi penghuni surga. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut; “WAT TABA’ATHUM DZURRIYYATUHUM BI IIMAANIN-dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan”.
Dan juga sebagaimana ditegaskan pada ujung ayat, “KULLU AMRIN BIMAA KASABA ROHIIN-tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”.

Wallohu ‘alam bish showab.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network