JAKARTA, iNewsBogor.id - Mendengar nama Rasuna Said pasti ingatan kita tertuju pada nama jalan di Kawasan elit Kuningan Jakarta. Ya, jalan HR Rasuna Said. Siapa yang tak kenal jalan ini. Kawasan elit di Jakarta yang bertumbuh dipadati gedung pencakar langit beserta hiruk pikuk kesehariannya.
Bertepatan dengan hari kelahirannya yang ke-112 yang jatuh pada tanggal 14 September, sosok Rasuna Said pun diabadikan di Google Doodle dalam tampilan animasi sebagai bentuk penghormatan.
Menarik lebih jauh mengetahui Sejarah Rasuna Said sebagai pahlawan nasional. Untuk menambah literasi sekaligus referensi, iNewsBogor.id mencoba mengangkat kisah perjalanan sosok Rasuna Said dalam persektif sejarah.
Foto : iNewsBogor.id/ist.
Dikutip dari buku karya penulis Sally White berjudul “Rasuna Said: Lioness of the Indonesian Independence Movement”. Rasuna Said adalah sosok perempuan, lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada 14 September 1910. Peran sekaligus kontribusinya dalam gerakan nasionalis menjelang kemerdekaan, menempatkannya secara khusus dengan julukan Srikandi Indonesia, Singa Betina.
Rasuna lahir ditengah gejolak anti-kolonialisme di Indonesia. Pada abad itu, muncul konflik antar kaum agama. Rasuna berasal dari keluarga terpandang dan religius di desanya. Ia dibesarkan oleh pamannya karena ayahnya sering pergi untuk berniaga.
Setelah mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, ia memutuskan melanjutkan ke Sekolah Putri Diniyah. Disana ia mulai mendidik anak-anak yang lebih muda. Kemudian pada 1926, gempa bumi besar melanda Padang Panjang mendorongnya kembali ke tempat kekahirannya, Maninjau.
Di sana ia melanjutkan belajar agama di sekolah yang dipimpin Haji Udin. Ia belajar dari Haji Rachmany, seorang muslim reformis yang terlibat gerakan politik dan agama. Rasuna berhasil menyelesaikan kursus empat tahun hanya dalam 2 tahun.
Di usianya yang masih remaja belasan tahun, ia terjun ke dunia politik. ia memimpin beberapa organisasi yang membawanya menjadi anggota parlemen. Ia mengabdikan diri untuk mengajari para perempuan tentang pendidikan.
Selama dalam masa pendidikannya yang singkat 2 tahun, Rasuna Said berpartisipasi dalam gerakan nasionalis. Setiap malam Haji Rachmany berbincang dengan para muridnya tentang gerakan nasionalis dan keinginan Indonesia untuk merdeka. Ia juga memberi kesempatan muridnya berpidato termasuk Rasuna.
Karir Politik Rasuna Said
Haji Rachmany memperkenalkan Rasuna Said ke dunia politik. Pribadi Rasuna terobsesi pada sikap anti-kolonial dan anti-imperialis. Ia pun sempat terlibat dalam partai politik sayap kiri dan dikeluarkan saat ia mempertanyakan agama dalam partai tersebut.
Pada 1928, Rasuna bergabung dengan Partai Syarikat Islam. Memimpin di kantor pimpinan pusat cabang Maninjau. Pada 1929, ia kembali ke Padang Panjang dan menjadi asisten guru di Sekolah Putri Diniyah.
Di usia 19 tahun, ia menikah dengan Duski Samad yang merupakan guru aktif politik di Sekolah Thawalib Sumatera. Ia sempat ditentang keluarga atas pernikahan ini, tetapi ia memilih pasangan yang mampu berbagi aspirasi politiknya. Tindakannya menunjukkan kekuatan karakter dan pikirannya yang mandiri. Ia juga menjauh dari tradisi keluarga. Ia pun melanjutkan mengajar di Sekolah Putri Diniah.
Pergerakan Politik Membuat Rasuna Said Dipenjara
Singkat cerita, beragam opini muncul dan menyatakan bahwa peran perempuan dari pantai Barat cenderung tertarik gerakan politik. Mereka lebih tajam daripada laki-laki. Oleh karena itu, Rasuna pun mendapatkan reputasi dan berani mengekspresikan ide-ide politiknya. Perannya dalam dunia politik membuat Pemerintah Belanda khawatir.
Rasuna dianggap sebagai perwujudan sosok dan semangat juang kaum perempuan. Ia dikenal masyarakat, saat November 1932 menjadi wanita pertama yang ditangkap dan didakwa karena dianggap memprovokasi masyarakat menjelek-jelekkan Pemerintah Kolonial Belanda.
Saat terbebas dari penjara pada 1934, ia kembali ke Padang dan belajar selama 4 tahun di Pesantren. Ia memulai karir jurnalistiknya dan menulis beberapa kritik pedas kepada Belanda yang dianggap menyengsarakan Indonesia.
Pada 1942, ia bergabung dengan Pemuda Nippon Raya yang didirikan oleh Chatib Sulaiman yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia. Jepang pun curiga dengan organisasi ini dan menangkap Rasuna, kali ini ia berhasil bebas.
Rasuna dianugerahi Pahlawan Nasional pada 13 Desember 1974. Ia menjadi wanita kesembilan yang mendapat gelar tersebut. Wanita-wanita itu diakui dalam perjuangan daerahnya melawan kekuasaan Belanda dan kontribusi mereka dalam gerakan perempuan, pendidikan, dan hak-hak perempuan.
Editor : Furqon Munawar