BOGOR, iNewsBogor.id - Badan Pangan Nasional memastikan harga beras dan kedelai tetap terjangkau masyarakat. Dengan berbagai intervensi kebijakan dari pemerintah berupa subsidi harga, impor dan bantuan transportasi penyaluran barang meskipun tetap mengalami kenaikan.
"Pak Menteri Perdagangan sudah memerintahkan Bulog untuk melakukan persiapan direct impor. Mulai dari November sebenarnya. Tapi memang ada sedikit chalange, sehingga kemungkinan akan datang di Januari," kata Kepala Badan Pangan Arief Prasetyo dalam keterangannya, Sabtu (24/12/2022).
Arief mengatakan bahwa sebetulnya impor kedelai telah masuk sebanyak 40 ribu ton dengan harga yang baru. Karena, di negara asal sudah mulai panen sehingga mengalami penurunan harga.
Dengan begitu, harga di pasar Indonesia bisa turun dari Rp13.000 per kilogram ke Rp12.000 per kilogram hingga Rp11.000 per kilogram. Akan tetapi, harga kedelai memang tidak bisa turun seperti sebelumnya di bawah Rp11.000 per kilogram karena nilai tukar rupiah atau kurs rupiah terhadap dolar AS.
Sementara, Panel Harga NFA mencatat harga beras medium hingga Selasa (6/12) mencapai Rp11.260 per kilogram atau naik 0,18 persen dari hari sebelumnya.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta, Selasa (6/12), menyebutkan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore melemah di tengah penguatan data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Rupiah ditutup melemah 155 poin atau satu persen ke posisi Rp15.618 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.463 per dolar AS.
"Kemudian kita update, karena currensy rate hari ini 156, 157, sehingga harga ini tidak bisa turun seperti dulu. Ini mesti dijelaskan pak Mendag," ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan pasokan beras premiun mengalami kenaikan. Oleh karena itu Bulog memberikan operasi pasar sebagai penyeimbang dengan harga Rp8.300 per kilogram kepada pedagang pasar sehingga pedagang bisa menjual di harga Rp9.450 per kilogram.
"Memang premium masih agak tinggi. Mudah-mudahan Januari nanti setelah diguyur lagi oleh bulog, harganya makin stabil. Kalau harga di atas 5 persen, maka, ada instrumen pemda bisa intervensi. Termasuk membiayai transportnya, asal barang," ucap Zulhas.
Kalau masih juga, kata Zukkifli, bisa subsidi harga dari APBD melalui dana transfer umum (DTU) disebut biaya tak terduga (BTT) yang jumlahnya 2 persen dari APBD.
"Itu bisa digunakan dan ini sudah keputusan pemerintah. Bupati, wali kota, gubernur semua tahu soal ini," tutupnya.
Editor : Ifan Jafar Siddik