get app
inews
Aa Read Next : Aji Jaya Bintara Tenggelam di Pilkada Bogor 2024

Profil dan Riwayat Desmond J Mahesa: Aktivis Asal Banjarmasin yang Pernah Diculik Rezim Soeharto

Sabtu, 24 Juni 2023 | 11:33 WIB
header img
Desmond Junaidi Mahesa. Dalam riwayat hidupnya, ia pernah menjadi korban penculikan oleh rezim Soeharto. (Foto: istimewa).

JAKARTA, iNewsBogor.id - Partai Gerindra baru saja kehilangan kader seniornya, Desmond Junaidi Mahesa. Ia meninggal dunia pada 24 Juni 2023 pukul 04.00 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan pada usia 57 tahun.

Desmond terakhir kali menjabat sebagai Ketua Bidang Kaderisasi DPP Partai Gerindra. 

Nama Desmond Junaidi Mahesa mulai dikenal publik sejak menjadi salah satu korban penculikan aktivis pro demokrasi pada 1997 hingga 1998. Saat itu dirinya tercatat sebagai salah satu aktivis dan mahasiswa yang berjuang menegakkan keadilan dan demokrasi pada masa pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto.

Riwayat Hidup dan Pendidikan

Desmond lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 12 Desember 1965, dengan nama kecil Junaidi. Kedua orangtuanya dikenal bersahaja. Ayahnya, Muchtar (alias Tarlan) bin Sirin, adalah seorang petani dan buruh kasar. Sedangkan ibunya, Sa'diah binti Ubak, dikenal sebagai pedagang telur di pasar Batuah, Kota Banjarmasin.

Junaidi menempuh pendidikan di SD Karya Masyarakat, Kabupaten Banjar (1975–1981), SMP Negeri 7 Banjarmasin (1981–1983), dan SMA Negeri 7 Banjarmasin (1983–1986).

Ia tumbuh besar di Sungai Tabuk dan Pasar Batuah, sebuah kawasan yang padat dan terbilang “kumuh”. Sejak kecil, untuk anak seusianya, ia bekerja keras sambil sekolah sehingga seorang keluarga jauh membiayainya sekolah. 

Namun, ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Desmond muda mencoba mandiri. Banyak pekerjaan kasar dilakukannya untuk biaya hidup dan kuliah, termasuk kuli bangunan dan cleaning service di kantor, hingga menarik becak pada malam hari di sekitar Pasa Batuah dan Belauran.

Di kampus, Desmond aktif di Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Unlam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kelompok Studi Islam (KSI), Angkatan Muda Baitul Hikmah dan Lingkungan (KSHL). Ia juga aktif menulis artikel untuk Koran Banjarmasin Post dan Dinamika Berita. 

Garis nasib mulai berubah ketika ia dipercaya dalam Program Lingkungan Hidup GTZ (kerjasama Indonesia-Jerman) antara 1989 dan 2004 di Kalimantan Timur.

Setelah hijrah ke Pulau Jawa, Junaidi bekerja di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Nusantara di Bandung (1996) dan Jakarta (1998) sebagai Direktur. Suatu hari ketika ia menghadiri sidang di pengadilan, kedatangan Junaidi di permasalahkan oleh hakim dan Jaksa karena yang datang bukan Junaidi sebagaimana yang tercantum dalam surat kuasa, tetapi Desmond. 

Padahal antara Junaidi dan Desmond itu orangnya sama. Oleh karena peristiwa tersebut, Junaidi kemudian mengusulkan perubahan nama di pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjadi Desmond Junaidi Mahesa sampai meninggalnya.

Selain aktif di LBHN, Desmond juga aktif di Presidium Nasional Walhi (1995–1996), Konsorsium Pembaruan Agraria (1994), Forum Demokrasi (Fordem), dan SPIDE (Solidaritas Pemuda dan Mahasiswa Untuk Perjuangan Demokrasi). Setelah bebas dari penculikan, bersama aktivis kampusnya ia mendirikan Yayasan Dalas Hangit (Yadah) di Banjarmasin pada Mei 1998. Ia juga tercatat sebagai Ketua Yayasan LBH Banjarmasin.

Setelah penculikan dan kembali ke Jakarta, Desmond membuka Kantor Hukum Des & Des di Jakarta pada 1998. Pada tahun 2000 kantor Hukum ini berganti nama menjadi “TREAD’S & Associate”. Di antara kasus yang pernah ditangani adalah kasus Planet Bali, Kartini di Uni Emirat Arab, Bank CIC, dan kasus Bank Kesawan. 

Yang mengagetkan, di antara kliennya ada yang bernama Tomy Winata (TW), salah satu pemilik Group Artha Graha. Desmond mendampingi TW dalam rapat dengar pendapat umum Komisi I DPR pada 27 Maret 2003.

Pada 2004, Desmond menyelesaikan studi S2 di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Iblam, Jakarta dengan tesis mengenai reklamasi dan perlindungan lingkungan hidup. 

Itulah profil dan riwayat hidup Desmond Junaidi Mahesa. Dalam sebuah keterangan pers, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, mengaku partainya amat kehilangan sosok pria yang dikenal kritis tersebut.

"Keluarga besar Partai Gerindra sangat merasakan kehilangan dan duka yang mendalam atas meninggalnya Bapak Desmond Junaidi Mahesa. Almarhum adalah sosok yang dikenal sangat kritis dalam menyampaikan pendapat dan kritik pada saat memimpin rapat-rapat di Komisi III DPR," kata Muzani.

Editor : Ifan Jafar Siddik

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut