Menurut pria yang akrab disapa Theo, kekeringan terjadi akibat cuaca saat ini memasuki musim kemarau. Sehingga Sumur mulai mengering dan warga mulai kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
"Kejadian ini menyebabkan sumur yang digunakan oleh warga sekitar sebagai sumber air sehari-hari warga menjadi kering, sehingga warga sekitar mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap harinya," ucapnya.
Dilanjutkan Theo, adapun rincian dari 680 warga terdampak kekeringan, di antaranya di RT 04/06 ada sebanyak 120 KK, dengan total 395 jiwa. Lalu, di RT 05/06 ada sebanyak 90 KK dengan 285 Jiwa. "Assessment dan pendistribusian air bersih sebanyak 5.000 liter (1 ritase) kepada warga terdampak sudah selesai dilakukan oleh personil TRC-PB BPBD Kota Bogor di lokasi kejadian," papar dia.
Kemudian, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan setempat.Di tempat terpisah, Direktur Teknik (Dirtek) Perumda Tirta Pakuan, Ardani Yusuf mengakui bila sejak pertengahan Agustus lalu pihaknya mencatat, ada beberapa lokasi atau sumber yang telah terjadi penurunan. Salah satunya mata air Kota Batu. "Kapasitas air yang biasanya mencapai 60-70 liter per detik, saat ini turun 40-50 persen menjadi 35 liter per detik," terang Ardani.
Antrian warga guna mendapatkan air bersih bersumber dari PDAM Kota Bogor. (Foto : Istimewa)
Hal itu pun direspon pihak dengan sejumlah langkah antisipasi. Untuk menjaga kestabilan air baku, Perumda Tirta Pakuan melakukan pengurasan-pengurasan pada Intake maupun Bendung yang dimiliki, untuk menjaga air yang masuk sesuai kebutuhan.
Editor : Furqon Munawar