BOGOR - Seorang kakek warga Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, mampu menginspirasi remaja dan masyarakat sekitar desa tersebut. Hidayat (72), menjadi sosok yang diidolakan petani di masa pandemi dua tahun lalu. Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan, sehingga beralih profesi menjadi petani sayuran .
Hidayat kini menjadi sesepuh yang bisa mengayomi masyarakat dalam hal pertanian, terlebih pertanian organik. Sayuran yang dikelolanya kini telah menembus pasar swalayan, dan supermarket di wilayah Bogor .
Menurut Hidayat, saat pandemi dua tahun lalu , banyak masyarakat yang bertanya soal pertanian, hingga banyak pula yang menjadi petani sayuran. "Dua tahunan lalu banyak masyarakat yang belajar pada saya cara bertani hingga akhirnya saya berbagi ilmu pada semua orang,” paparnya.
Awal mula Hidayat menjadi petani organik sekitar tahun 2012 lalu. Kakek tujuh anak ini awalnya memiliki lahan sewaan seluas 800 meter. "Saya mencoba menanam sayuran jenis bayam hijau dan bayam merah," ujarnya.
Hidayat pun sempat mengalami kegagalan karena bibit bayam yang dimiliki kualitasnya kurang baik. Hingga akhirnya Hidayat mendapat bimbingan dari IPB University dan berhasil membudidayakan bayam dan sayuran organik lainya. "Saya belajar dari IPB sampai akhirnya saya berhasil hingga panen pertama".
Dari lahan seluas 800 meter tersebut , Hidayat bisa mendapat hasil 1 kg bayam seharga sepuluh ribu rupiah. Dalam seminggu ia mampu panen hingga empat kali, dengan penghasilan bersih sekitar satu juta rupiah sekali panen.
Tak cukup dengan sewa lahan , Hidayat yang bukan nasabah bank BRI mencoba memberanikan diri meminjam uang ke bank BRI. Setiap panen Hidayat masih harus bagi hasil dengan pemilik lahan , hingga akhirnya Hidayat berusaha untuk membeli lahan tersebut. "Atas saran dari teman, saya coba pinjam uang dari bank untuk membeli lahan yang biasa disewa" .
Kala itu, Hidayat menggunakan nama sang anak untuk pinjam uang ke bank. Alhasil, ia dipercaya oleh bank BRI mendapat modal kredit usaha rakyat (KUR) Rp15 juta, hingga Hidayat mampu membeli lahan. Ia harus mengangsur sekitar Rp1,2 jua selama satu tahun (12 bulan).
Tak butuh waktu lama, sebelum cicilan lunas, Hidayat mendapat tawaran lagi untuk tahap kedua sebesar Rp50 juta. Hidayat kembali mengalokasikan untuk modal usaha pertaniannya. Saat ini tanah yang dimiliki Hidayat sekitar dua ribu meter.
Pada masa pandemi, ,banyak masyarakat baik dari maupun luar daerah Bogor berkonsultasi soal pertanian. Ada sekitar tujuh orang petani binaannya dan mengikuti jejak Hidayat untuk menjadi petani sayuran organik dan non organik. "Masa pandemi banyak orang beralih profesi menjadi petani, ada sekitar tujuh orang belajar pada saya ".
Hidayat membagikan ilmu cara bertani pada semua orang, mulai dari memilih bibit unggul untuk ditanam, tanah/lahan yang cocok untuk ditanam , hingga permasalahan hama atau penyakit yang kerap menjadi kendala pada pertanian ."Karena saya bekerja sama dengan IPB dan bank BR , saya selalu mengajak masyarakat untuk berbagi ilmu pertanian, mulai dari bibit, cara tanam, kondisi tanah, hingga masalah pertanian "
Kini usaha pertanian Hidayat telah menembus pasar wilayah Jabotabek dengan omset puluhan juta rupiah per bulan. Meski usia telah lanjut, Hidayat masih menjadi binaan bank BRI. Terbukti, sampai saat ini, Hidayat masih mendapat tawaran untuk modal usaha.
Linda Astuti, sebagai mantri dari pihak bank BRI terus memantau perkembangan sang kakek yang saat ini mampu memajukan kampungnya. Bahkan terkenal hingga Jabotabek, sayuran organik ini seperti bayam merah, bayam hijau, selada , hingga cesim, sudah ada di supermarket ."Sekarang sayuran dari hasil olahan pertanian pak Hidayat sudah ada di supermarket, terlebih dari IPB," pungkas mantri bank BRI cabang Cibungbulang .
Editor : Hilman Hilmansyah