get app
inews
Aa Text
Read Next : Pendiri EIGER Ronny Lukito Terima Anugerah Kujang atas Konservasi Alam

IPB dan Pelaku Usaha Bahas Masa Depan Puncak: Ekowisata Berkelanjutan Jadi Solusi

Minggu, 26 Oktober 2025 | 14:56 WIB
header img
Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Prof. Dr. Sofyan Sjaf (tengah), bersama para pakar dan pelaku usaha saat Focus Group Discussion (FGD) bertema “Pengembangan Kawasan Puncak yang Berkelanjutan” di Bogor. Foto: Istimewa

BOGOR, iNewsBogor.id IPB University menggandeng para pakar lintas disiplin dan pelaku usaha untuk membahas masa depan Kawasan Puncak yang lebih lestari melalui Focus Group Discussion (FGD) bertema “Pengembangan Kawasan Puncak yang Berkelanjutan”. Forum ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara kepentingan ekologi, ekonomi, dan sosial di wilayah strategis Kabupaten Bogor itu.

Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Prof. Dr. Sofyan Sjaf, menegaskan bahwa pembangunan di Puncak tidak hanya soal investasi, tetapi juga menjaga ekosistem dan budaya lokal.

“Kawasan ini harus menjadi contoh sinergi antara ekologi dan ekonomi. Kita perlu membuktikan bahwa pembangunan bisa berjalan tanpa merusak alam,” ujarnya.

Salah satu studi kasus yang dibahas adalah EIGER Adventure Land di Megamendung, hasil kerja sama antara PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan sektor swasta. Destinasi ekowisata ini menjadi model penerapan prinsip keberlanjutan melalui konsep 5P (People, Planet, Prosperity, Peace, Partnership) dan 7E (Ekologi, Etnologi, Ekonomi, Edukasi, Estetika, Etika, Entertainment).

Dari sisi lingkungan, program One Ticket One Tree menargetkan penanaman satu juta pohon disertai pembangunan sumur resapan dan kolam retensi. Sejak 2021, sudah lebih dari 96.000 pohon ditanam di hulu DAS Ciliwung untuk mendukung rehabilitasi vegetasi berkelanjutan.

Secara sosial-ekonomi, proyek ini menciptakan lebih dari 400 lapangan kerja pada tahap pembangunan dan 1.200 pada tahap operasional penuh, serta menggandeng UMKM dan komunitas budaya Sunda.

Dalam sesi hukum dan tata kelola, para ahli menilai pencabutan izin beberapa usaha di kawasan Puncak perlu dikaji ulang. Mereka menilai pendekatan Corrective Action Plan lebih konstruktif dibanding pencabutan izin selama tidak ada pelanggaran berat terhadap lingkungan.

FGD menghasilkan tiga rekomendasi utama:

  1. Harmonisasi kebijakan dan kepastian izin, agar pelaku usaha mendapat kejelasan hukum.

  2. Perizinan berbasis kinerja lingkungan, memberi ruang bagi investasi berkelanjutan.

  3. Kewajiban sosial-ekonomi yang terukur, melalui kemitraan UMKM dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Forum ini menegaskan bahwa menjaga Puncak bukan sekadar pilihan, melainkan tanggung jawab bersama. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat dinilai menjadi kunci agar Puncak tetap hijau, lestari, dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Editor : Ifan Jafar Siddik

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut