Pertama, pengenaan sanksi negara-negara Barat atas ekspor minyak mentah Rusia berpotensi menambah defisit pasokan minyak mentah global di saat permintaan minyak mentah global mulai mengalami peningkatan.
Kemudian, konflik yang terjadi di anggota OPEC+, sabotase di negara-negara Afrika Barat dan perang sipil di Libya menyebabkan berkurangnya produksi dan kegagalan dalam pemenuhan kuota produksi.
Selain itu, kegagalan infrastruktur akibat serangan badai juga melumpuhkan fasilitas ekspor di Kazakhtan.
"Pengenaan sanksi atas ekspor minyak mentah Rusia berpotensi mengganggu pasokan minyak mentah global sebesar 1,2-4,5 juta bopd. OPEC+ hingga saat ini, tetap pada kesepakatan awal untuk meningkatkan pasokan hanya sebesar 400 ribu bopd," tulis rangkuman tersebut.
Arab Saudi dan UEA, sebagai produsen dengan kapasitas cadangan yang besar dan mampu untuk meningkatkan produksi secara instan, sejauh ini tidak menunjukkan kesediaan untuk melakukan peningkatan produksi.
Penyebab lainnya ialah terganggunya fasilitas ekspor Caspian Pipeline Consortium (CPC) di Kazakhstan akibat serangan badai, yang berpotensi mengganggu penyaluran minyak mentah sekitar 1 juta bopd.
Di sisi lain, untuk produksi minyak negara-negara Non-OPEC juga mengalami revisi penurunan sebesar 12 ribu bopd dibandingkan proyeksi laporan bulan sebelumnya, sehingga proyeksi produksi minyak mentahnya menjadi 66,59 juta bopd.
Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh pernyataan Pemerintah China yang akan meluncurkan lebih banyak kebijakan untuk mendukung peningkatan ekonomi.
Editor : Hilman Hilmansyah