BOGOR.iNews.id – Siapa tak kenal kawasan Puncak di Bogor? Ya, Puncak dikenal sebagai salah satu tempat wisata favorit warga Jakarta dan sekitarnya pada akhir pekan dan hari libur nasional. Namun ternyata, Puncak juga tak lepas dari sorotan praktik prostitusi.
Salah satu kisah lokalisasi pekerja seksual (PSK) di kawasan Puncak yang cukup melegenda adalah Gang Semen. Gang Semen berlokasi di Desa Cibogo, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gang Semen dikenal sebagai lokalisasi prostitusi tertua dan terbesar di wilayah Bogor. Bahkan namanya dikenal hingga mancanegara, sehingga banyak wanita asing yang mencoba peruntungan di Gang Semen.
Gang Semen bermula dari berdirinya Pabrik Semen Merah pada tahun 1950. Saat itu banyak penduduk setempat menjadikan produksi semen merah sebagai pekerjaan utama. Alhasil Gang Semen bisa pusat pernigaan yang menjadi tempat orang-orang bertransaksi.
Pembeli Semen Merah ini biasanya dari luar. Bahkan banyak yang dari luar kota. Setali tiga uang, para pebisnis semen merah ini juga biasanya mencari teman perempuan selama penginapannya di Puncak.
Lama-lama, tempat itu bukannya terkenal dengan semen merahnya tetapi perempuannya. Pabrik semen merah pada akhirnya beralih fungsi menjadi penginapan yang menyediakan perempuan penjaja seks. Dalam perkembangannya, tempat tersebut dikenal sebutan Gang Semen.
Lantaran bisnis prostitusi di tempat itu tumbuh subur, maka satu persatu hotel dan penginapan muncul sebagai tempat para PSK melayani pelanggannya. Pada tahun 1990-an, lokalisasi PSK Gang Semen sangat tenar di kalangan pria hidung belang.
Suburnya praktik prostitusi di Gang Semen, lama-lama membuat gerah berbagai kalangan. Masyarakat yang resah dengan kegiatan prostitusi di Gang Semen kerap melaporkan kepada aparat pemerintah. Pihak Kecamatan Megamendung lalu sering melakukan penertiban.
Tetapi aksi penertiban ini seperti kucing-kucingan. Begitu selesai penertiban, tak lama PSK kembali beraksi. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor akhirnya bertindak. Pada tanggal 13 Agustus 2009, Pemkab Bogor membongkar habis sejumlah bangunan hotel dan penginapan di Gang Semen.
Bangunan hotel dan penginapan yang dibongkar antara lain Hotel Budi Luhur 1 dan 2, Hotel Famili, Hotel Budi Asih, Hotel Indra, dan Hotel Benoa. Pembongkaran hotel dan penginapan di Gang Semen ini tentu tidak serta merta praktik prostitusi di kawasan Puncah bubar.
Para PSK tetap tumbuh bak jamur di musim hujan. Bahkan hingga kini, praktik prostitusi di kawasan Puncak masih tetap marak. Vila-vila yang notabone sebagai tempat wisatawan menginap dijadikan tempat terselubung untuk kegiatan prostitusi.
Biasanya kegiatan prostitusi ini ditawarkan oleh mucikari. Para pelaku ada yang menawarkan jasa prostitusi kepada pelanggan secara langsung di villa tempatnya bekerja atau via online. Tarifnya dipatok sebesar Rp500 ribu hingga Rp2 jual untuk sekali kencan. Perempuan yang ditawarkan biasanya berasal dari luar Bogor, bahkan ada wanita Timur Tengah.
Editor : Hilman Hilmansyah
Artikel Terkait