Dia mengatakan sistem mesin dapat melakukan penuntutan berdasarkan 1.000 'fitur' dari teks deskripsi kasus yang lengkap. “Mesin ini juga dilatih untuk menggunakan 17.000 kasus kehidupan nyata dari 2015 hingga 2020 dan dapat mengidentifikasi dan menuntut terdakwa atas delapan kejahatan paling umum yang dilakukan di Shanghai.
"Ini termasuk kejahatan provokasi, yang merupakan istilah yang digunakan untuk meredam perbedaan pendapat, penipuan kartu kredit, perjudian, mengemudi berbahaya, dan menghalangi tugas resmi," katanya. Namun, sistem tidak memiliki peran dalam pengambilan keputusan dan tidak menjatuhkan hukuman. Penggunaan teknologi AI sudah digunakan di bidang hukum, namun baru pertama kali melibatkan kemampuan untuk menuntut.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait