JAKARTA, iNewsBogor.id - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin, terang-terangan membela Ponpes Al-Zaytun dan Panji Gumilang yang menjadi pemimpinnya. Ngabalin menyatakan bahwa tuduhan yang menyebut Ponpes tersebut sebagai pusat ajaran sesat di Asia Tenggara sama sekali tidak benar.
Dia juga dengan tegas membantah bahwa Al-Zaytun terafiliasi dengan kelompok radikal Negara Islam Indonesia (NII).
Menurut Ngabalin, buktinya adalah keponakannya yang telah lama berada di Ponpes tersebut di Indramayu, Jawa Barat, masih baik-baik saja.
Tidak ada perilaku aneh yang terlihat dari dirinya, sebaliknya pernyataan beberapa pihak yang menyebutkan bahwa santri Al-Zaytun dapat memusuhi orang tua mereka sendiri atau bahkan mencuri harta orang tua mereka untuk disumbangkan ke Al-Zaytun demi membangun Negara Islam Indonesia, itu semua tidak benar.
"Anak abang saya itu sekolahnya di Al-Zaytun, baik-baik saja. Dia menjadi anak yang saleh, anak yang baik-baik saja. Waktu bapaknya, kakakku, waktu tanya dia kasih sekolah anak pesantren, dia bilang 'saya kasih masuk ke Al-Zaytun', 'oh ya, nanti saya yang antarkan, nanti saya kasih sekolah ke Al-Zaytun',">
Ali Ngabalin mengatakan bahwa isu tentang ajaran sesat dan penistaan agama yang ditujukan kepada Panji Gumilang sebenarnya sengaja diciptakan oleh orang-orang tertentu yang ingin merebut Ponpes tersebut. Isu ini juga diungkit demi kepentingan politik menjelang Pemilihan Presiden 2024.
"Kenapa tiba-tiba Al-Zaytun setiap 5 tahun itu kok seperti agenda lima tahunan, setiap mau pemilu pasti Al-Zaytun dan Panji Gumilang itu diganggu. Kenapa orang begitu sangat zalim memberikan penilaian yang begitu sangat hina terhadap Panji Gumilang dan Al-Zaytun, rendah sekali moral manusia-manusia yang tidak punya peradaban sampai menuduh orang boleh berzina di situ ditebus dengan 2 juta, macam-macam," kata Ngabalin.
Ngabalin kemudian mengangkat isu era post-truth. Ia merasa heran bahwa Al-Zaytun dan Panji Gumilang dilekatkan dengan isu-isu negatif.
"Masa post-truth itu kan era di mana orang banyak berbohong dia menyamar menjadi suatu kebenaran, era post-truth itu begitu. Jadi caranya memainkan emosi dan perasaan orang. Jadi kalau berulang-ulang mereka berbohong menceritakan tentang Al-Zaytun dan Panji Gumilang, itu bisa menjadi kebenaran, itu era post-truth namanya," jelas Ngabalin.
"Setiap orang bicara tentang Al-Zaytun dan Panji Gumilang pasti menyudutkan, pasti menyudutkan. Padahal itu pesantren lho, lembaga pendidikan dakwah," imbuhnya.
Adapun tuduhan tentang ajaran sesat muncul setelah diketahui bahwa Panji Gumilang melakukan ritual keagamaan dengan cara yang tidak biasa. Salah satunya adalah menggabungkan jemaah pria dan wanita dalam satu shaf yang sama, selain itu dia juga mengubah dua kalimat syahadat.
Tidak hanya itu, berbagai video yang beredar di internet menunjukkan bahwa Panji Gumilang secara terang-terangan menyatakan bahwa Alquran bukanlah wahyu langsung dari Allah, melainkan karangan Nabi Muhammad SAW.
Karena berbagai hal yang aneh terjadi di Al-Zaytun, Panji Gumilang dilaporkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke Bareskrim Polri dengan tuduhan penistaan agama.
Dalam kasus ini, Panji berpotensi menjadi tersangka karena dalam pemeriksaan awal yang dilakukan pada awal pekan lalu, polisi langsung meningkatkan status perkara tersebut menjadi tahap penyidikan, yang berarti ada unsur pidana yang ditemukan dalam kasus tersebut.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait