Sementara itu, Husen Awsy yang berasal dari Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan yang bertindak sebagai tim juri, menjelaskan bahwa permainan Balogo biasa dimainkan oleh masyarakat Kalimantan Selatan sejak tahun 1920.
"Permainan ini populer di kalangan anak-anak, remaja, bahkan orang tua di Kalimantan Selatan. Permainan ini dimainkan oleh tim yang terdiri dari 3 orang, dan setiap orang menggunakan stik atau "campa" yang terbuat dari bambu. Bentuk dari logonya (yang harus dirobohkan) dapat berupa bundaran, layangan, atau armor, tergantung pada preferensi tim," ungkap Husen.
Lebih lanjut, Ia juga menyampaikan cara bermainnya dengan menjatuhkan bidak, dimulai dari garis start, logo atau bidak ditempatkan berderet ke belakang pada garis-garis melintang, dengan aturan bahwa tim yang berhasil merobohkan bidak lawan sebanyak mungkin akan menjadi pemenang.
"Lapangan permainan dilengkapi dengan garis Jong atau "mati" yang memiliki jarak sekitar 26 meter dari start hingga akhir. Dari start hingga Jong, jaraknya sekitar 12 meter, sementara dari start hingga bidak pertama atau sasaran pertama memiliki jarak sekitar 14 meter. Selanjutnya, jarak antara bidak pertama dan bidak kedua adalah 5 meter, begitu pula dengan jarak antara bidak kedua dan bidak ketiga," ujarnya.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait