Refleksi Sumpah Pemuda: Simbol Harapan itu Bernama Johannes Leimena

Ifan Jafar Siddik
Brian Samosir: Mahasiswa lulusan Teknik Komputer IPB University yang tengah melanjutkan studi di Fakultas Hukum Pakuan University. Foto: Istimewa

BOGOR, iNewsBogor.id - Pemuda dengan berbagai latar belakang hadir menyesaki ruangan. Mereka berkumpul, saling beradu narasi untuk mencetuskan sebuah visi bersama.

Dari Katholieke Jongenlingen Bond hingga Indonesische Clubhuis, gayung bersambut kata berjawab, gagasan demi gagasan terlontar dari mereka yang merepresentasikan ‘rumah-rumah kecilnya’.

Akses pendidikan, pelestarian budaya, sikap politik, ruang organisasi, hingga perlawanan pada kolonialisme menjadi isu fundamental yang diperbincangkan.

Dimulai dengan sambutan Soegondo, Kongres Pemuda pun berakhir dengan dicetuskannya ikrar pemuda Indonesia yang kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda hadir sebagai tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Ikrar yang ditafsir sebagai kristalisasi semangat serta penegasan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Hari ini, Indonesia kembali memperingati sumpah yang dikumandangkan para pemuda 95 tahun lalu. Hari Sumpah Pemuda, perayaan atas semangat dan perjuangan pemuda dalam memerdekaan bangsa.

Johannes Leimena: Sejarah Hidup Seorang Pemuda

Dari sekian banyak tokoh besar yang hadir pada masa itu, Johannes Leimena tampil dan menarik simpatik melalui keserhanaannya. Pemuda kelahiran Ambon, 6 Maret 1905 itu tampil mewakil Jong Ambon pada Kongres Pemuda II.

Usianya masih 23 tahun kala itu. Dalam perspektif kekinian, bukanlah usia yang cukup matang bagi Leimena untuk hadir sebagai representasi sebuah gerakan kepemudaan.

Meski begitu, kecintaannya pada persoalan kepemudaan dan pergerakan nasional kebangsaan membawa Leimena kejalan yang tidak pernah direncanakannya tersebut.

Pergumulannya pada realitas umat kristen yang dirasa kurang peka pada persoalan sosial dan bangsa, mendorongnya aktif dalam gerakan ouikumene.

Sejak 1920-an, semasa mahasiswa, ia tidak hanya menaruh perhatian pada studi kedokterannya, tapi turut ambil andil dalam menyikapi persoalan bangsa dan politik nasional.

Selain keterlibatannya pada Kongres Pemuda, Johannes Leimena berpartisipasi dan berkecimpung dalam berbagai tempat dan hal. Ia menjadi anggota Christelijke Studenten Vereeniging (CSV/organisasi pelajar Kristen) pada tahun ke-4 nya sebagai mahasiswa kedokteran.

Bahkan melalui tangan hangatnya, Om Yo sapaan akrab Yohannes Leimena berhasil memprakarsai terbentuknya GMKI.

GMKI didirikan sebagai respons terhadap kebutuhan pemuda Kristen untuk memiliki wadah di mana mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan memproklamirkan nilai-nilai keadilan sosial serta demokrasi. Organisasi ini bertujuan untuk menciptakan ruang bagi pemuda Kristen untuk berkontribusi pada terwujudnya kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, dan demokrasi dalam perkembangan negara dan masyarakat Indonesia.

Studi dan politik bukanlah sesuatu yang harus dipisahkannya. Karir profesional tetap ditekuninya. Dia mulai bekerja sebagai seorang dokter di tahun yang sama  GMKI berdiri. Om Yo bertugas sebagai dokter pemerintah di CBZ Batavia.

Karir profesionalnya berlanjut dengan penugasannya sebagai dokter di Keresidenan Kedu, RS Zending Emmanuel Bandung, meraih gelar doktornya di Geneeskunde Hogeschool, hingga menjabat Direktur Rumah Sakit DGI 'Cikini'.

Di waktu yang bersamaan, keterlibatannya dalam ruang-ruang politik juga tetap berjalan. Sejak mendirikan GMKI, dia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Kristen Indonesia (Parkindo), terlibat dalam pembentukan Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI), hingga karir tertingginya menjadi Menteri Kesehatan selama 20 tahun, yang menjadikannya sebagai menteri pertama dan terlama sepanjang sejarah Indonesia.

Johannes Leimana menjadi bukti bagaimana keterlibatan seorang pemuda berintegritas dapat menjadi angin segar bagi suatu bangsa. Di tengah kemegahan namanya, dia justru tetap membumi dengan kesederhanaannya.

Sikap hidupnya yang sederhana tergambar dalam sebuah cerita Sabam Sirait, seorang tokoh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang dekat dengan Johannes Leimena.

"Sikap hidup Dr J Leimena yang lurus dan sederhana, seperti pemimpin-pemimpin kita di awal Republik ini berdiri terlihat dari perabot rumahnya yang sederhana. Dalam hal makan pun beliau tidak bermewah-mewahan, pernah saya lihat beliau memasak kembali nasi goreng yang karena belum habis di makan di pagi hari untuk di makan kembali pada siang hari. Hal yang lainnya adalah ketika ia menjual rumahnya di daerah Menteng untuk membeli kembali rumah yang lebih sederhana di tempat lain. Kemudian sikapnya yang tegas dalam memisahkan hal-hal yang menyangkut pribadi untuk tidak memakai fasilitas dinas".

Bahkan sang proklamator Bung Karno dengan kerendahan hatinya mengagumi sosok Leimena.

Kekaguman itu diungkapkan dengan gamblang dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2007) yang ditulis Cindy Adam.

“Ambilah misalnya Leimena... saat bertemu dengannya aku merasakan rangsangan indra keenam, dan bila gelombang intuisi dari hati nurani yang begitu keras seperti itu menguasai diriku, aku tidak pernah salah. Aku merasakan dia adalah seorang yang paling jujur yang pernah kutemui,” aku Sukarno.

Society 5.0

Saat ini, Indonesia dan dunia tengah dihadapkan dengan tantangan yang sangat berbeda dari masa Johannes Leimena.  Peradaban sudah menuju Society 5.0, di mana teknologi digital, kecerdasan buatan, dan perkembangan digital telah menyatu dan mengubah segala aspek kehidupan kita.

Era ini membawa sejumlah persoalan dan tantangan yang memerlukan peran aktif dari pemuda dalam memimpin perjalanan bangsa. Sayangnya dinding pembatas bernama kesenjangan teknologi menghalangi proses percepatan yang hendak dimaksimalkan.

Perkembangan teknologi yang pesat telah menciptakan kesenjangan dalam akses dan pemahaman terhadap teknologi di kalangan pemuda lintas daerah. Gap latar belakang sosial akhirnya memberi kesempatan yang tidak setara dalam memanfaatkan teknologi.

Selain itu, proses revolusi ini juga membawa perubahan dalam struktur ekonomi. Perubahan tersebut mencakup pergeseran dari pekerjaan konvensional ke pekerjaan berbasis teknologi, ekonomi berbagi, dan digital.

Setiap orang, dipaksa untuk segera menyesuaikan diri atau tertinggal bahkan ditinggalkan. Peran pemuda lah yang harus hadir mengatasi perubahan ini dan menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan.

Pemuda Masa Kini, Pemimpin Masa Depan

Pendidikan dan keterampilan adalah elemen kunci menuju peradaban Society 5.0. Pendidikan yang relevan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan zaman saat ini sangat penting.

Di zaman yang serba cepat, pemuda harus hadir memimpin setiap perubahan dan proses adaptasi atas setiap keadaan.

Zaman tak lagi mengehendaki proses ala ‘biar lambat asal selamat’. Lambat hanyalah frasa adjektival yang membawa kita tertinggal dan tidak selamat.

Pemuda yang memiliki semangat, potensi, dan rasa ingin tahu yang tinggi harus membawa peradaban melalui pendekatan ‘learning by doing’, sebuah sikap dimana berbagai pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang diraih langsung melalui pengalaman, sehingga antara teori dengan praktik dapat terintegrasi, dan pemahaman yang diperoleh lebih relevan dan mudah diingat.

Itulah peran yang seharusnya diambil pemuda.

’Leimena-Leimena Muda’

Johannes Leimena, sebagai orang yang dianggap Soekarno mijn dominee alias pendetaku ialah satu dari sekian banyak tokoh bersejarah yang memberikan inspirasi kepada generasi pemuda.

Om Yo adalah seseorang yang dapat terlibat dalam gerakan kemerdekaan, politik nasional, pemikir sosial, dan pendidik, tapi tetap membalut komitmen dalam kesederhanaannya.

Kolaborasi lintas generasi yang diperlihatkan Johannes Leimena hadir sebagai contoh nyata pemuda yang dapat bersumbangsih bagi bangsa tanpa pamrih. Tidak hanya melalui karir politiknya, bahkan karir akademis, dan profesionalitasnya.

Leimena adalah bukti konkret seorang yang mewakafkan hidupnya kepada Tanah Air.

Kolaborasi Berkelanjutan

Pemuda adalah bibit peradaban bangsa. Tetap harus dipupuk dan dibimbing. Baik pemuda maupun orang tua saling berbagi tugas tanpa harus mendikte satu sama lain.

Pembelajaran di masa lampau dijadikan sebagai ‘rambu-rambu perjalanan’. Setiap tindakan seyogianya diukur dengan pemikiran dari berbagai zaman. Gap generasi bukan hadir sebagai penghalang apalagi upaya melanggengkan gaya diktatorial antara ‘si ahli’ dengan ‘anak kemarin sore’ melainkan sebagai ruang untuk membangun kolaborasi yang berkelanjutan.

Sejarah hidup Johannes Leimena adalah sumber inspirasi bagi generasi pemuda saat ini.

Sebagaimana Leimena, pemuda masa kini ialah pemimpin masa depan. Pemuda harus mempersiapkan diri untuk mengambil alih peran penting dalam pembangunan dan transformasi masyarakat dan kembali meneruskan tonggak sejarah pada pemuda masa di masa selanjutnya.

Semangat perjuangan dan komitmen terhadap perubahan positif harus diwariskan kepada generasi berikutnya, sehingga bangsa ini dapat terus bergerak maju memberi harapan.

Selamat Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2023

Hidup Pemuda Indonesia!!

Editor : Ifan Jafar Siddik

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network