"Pertama, 70% masyarakat di kita hidup di desa dan dipelosok pelosok yang mata pencahariannya pertanian, atau nelayan atau peternak, semua mata pencahariannya itu berhubungan dengan agromaritim. Kedua, negara Indonesia luas dengan jumlah penduduk saat ini mencapai 280 juta gak mungkin kita terus menggantung kebutuhan dasar dari impor. Maka kalau kita gak menggarap agromaritim ini secara luas, kita akan selalu menjadi negara pengimpor, " paparnya.
Pun terkait hilirisasi, menurut Walneg yang paling berpotensi adalah sektor agromaritim. Karena sektor ini memiliki nilai tambah berpuluh kali lipat. Karena menurutnya, di sektor agromaritim produksi pangan dan pertanian memungkinkan untuk menjadi pendorong pertumbuhan yang berujung pada pemerataan.
"Bicara hilirisasi yang paling potensial itu agromaritim, kenapa? Karena produksi bahan bahan pangan pertanian ikan itu bisa didapat nilai tambahnya berpuluh kali lipat," tandasnya.
Walneg memberi contoh negara Cina yang secara serius jauh lebih dahulu mengembangkan sektor agromaritim. Menurutnya, di Cina, dari satu komoditi rumput laut saja, produk turunannya hingga 17 macam, seperti cat, kosmetik, fesyen, furniture, alat alat rumah tangga, obat dan makanan belum lagi yang lain.
Jadi intinya, tambah Walneg diundangnya para Capres ke forum Food and Agriculture Summit III dalam rangka dialog berbagi wawasan terkait pembangunan Agromaritim.
"Sektor agromaritim harus menjadi fokus para Capres kelak nantinya kalau terpilih karena pengembangan Agromaritim merupakan keniscayaan masa depan menuju Indonesia Emas 2045," pungkas Walneg.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait