Partai Pengusung Ganjar-Mahfud Percaya Basis Suara Tetap Konsisten

Muhammad Rio Alfin Pulungan
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. (Foto : iNews. Id/Ist)

JAKARTA, iNewsBogor.id - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yakin bahwa basis suara mereka tetap konsisten dan tidak ada yang hilang, meskipun hasil survei terbaru menunjukkan penurunan elektabilitas partai tersebut. Sementara itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terus mendekati basis pemilih tradisional.

Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, menyatakan keyakinan bahwa basis suara partai tidak hilang sejak awal. Hal ini karena partai telah melakukan konsolidasi ideologi, politik, organisasi, kader, dan sumber daya secara sistemik dan berkelanjutan selama lima tahun terakhir.

Persiapan untuk pemilu juga telah dilakukan dengan baik, termasuk upaya Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, dalam meresmikan Rumah Sakit Laksamana Malahayati, mobil bioskop, dan kerja-kerja kerakyatan oleh seluruh kader partai.

"Hal yang terjadi bukanlah hilangnya basis suara, tetapi lebih kepada adanya shock voters akibat langkah Pak Jokowi yang mendukung Pak Prabowo dengan rekayasa hukum yang kontroversial di Mahkamah Konstitusi," ujar Hasto dalam keterangannya, Selasa (26/12/2023).

Sebelumnya, dalam survei terbaru dari Litbang Kompas pada awal Desember 2023, elektabilitas partai koalisi pendukung Ganjar-Mahfud, seperti PDIP dan Partai Perindo, mengalami penurunan. Elektabilitas PDIP turun sekitar 6 persen dibandingkan dengan survei Agustus 2023. Jika pada Agustus elektabilitas PDIP berada di angka 24,4 persen, kini menjadi 18,3 persen. Sementara itu, elektabilitas PPP cenderung naik meskipun hanya sekitar 0,8 persen.

Hasto menyebutkan beberapa blunder yang dilakukan oleh lawan politik, terutama pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, diharapkan dapat membuat pemilih yang ragu semakin yakin untuk memilih PDIP.

Beberapa blunder tersebut antara lain adalah penampilan Prabowo yang menunjukkan sifat emosional dan tidak terkendali, serta pernyataan yang kurang pantas.

Selain itu, blunder juga terjadi dalam kalimat asam sulfat yang diucapkan oleh Gibran. Selain itu, Gibran juga menggunakan analogi yang kurang tepat antara penerima pajak dengan kebun binatang, serta pertanyaan jebakan dengan singkatan dan istilah SGIE.

"Dalam pantauan PDIP, blunder-blunder tersebut menjadi hal negatif yang bahkan mencapai lebih dari 400 juta jangkauan di media sosial. Semua hal negatif ini pasti akan membuat pemilih yang sebelumnya ragu semakin yakin untuk memilih PDI-P, Ganjar Pranowo, dan Mahfud MD," kata Hasto.

Editor : Furqon Munawar

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network