AS Disebut Negara Illogical Logic dalam Kasus Genosida Israel di Palestina

Alpin Pulungan
Diskusi bertajuk “Ketika Dunia Harus Menjawab Derita Gaza” di ICC Jakarta, Jakarta Selatan, Jumat (29/3/2024). Foto: Alpin/iNews.

JAKARTA, iNewsBogor,id - Amerika Serikat (AS) disebut sebagai negara dengan logika yang tak logis atau illogical logic dalam menyikapi genosida Israel di Palestina. Pernyataan ini dilontarkan oleh Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, dalam diskusi bertajuk "Ketika Dunia Harus Menjawab Derita Gaza" di ICC Jakarta, Jumat (29/3/2023).

Yon mengatakan genosida Israel di Palestina mendapat dukungan senjata dari AS. AS dan beberapa negara industri senjata lainnya, mempunyai kepentingan yang sama dalam menciptakan konflik di Timur Tengah. 

Konflik yang bertahan hingga kini adalah genosida Israel di Palestina. “Mereka menjadikan Timur Tengah sebagai negara konflik," ujarnya.

Sokongan senjata dari AS bertentangan dengan slogan negeri itu yang kerap menyuarakan demokrasi dan HAM. Kenyataannya, AS tak merespons panggilan HAM di Gaza saat wilayah itu luluh lantak dan tak bersuara agar Palestina menentukan nasib demokrasinya sendiri.

Hal ini, kata Yon, yang membuat sejumlah pengamat di dunia menyebut AS sebagai negara yang logikanya tak logis atau illogical logic. 

“Kita membaca Amerika bingung, ada sebutan kalau negara ini Illogical Logic, negara yang logikanya tidak logis,” kata Yon.

Di balik genosida di Palestina, Yon mengatakan negara-negara Barat, khususnya AS, berupaya mendekati Timur Tengah untuk memenuhi kepentingan mereka. Ini karena negara-negara di sana memiliki sumber daya alam energi yang melimpah.

“Maka siapapun negara-negara Timur Tengah yang tidak AS-friendly, akan dihancurkan," katanya.

Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, menyoroti pelanggaran yang dilakukan oleh Israel dan diamnya organisasi internasional PBB.

Boroujerdi juga menyentil standar ganda negara-negara Barat, termasuk AS, dalam isu demokrasi. Menurutnya, Palestina tidak diberikan kebebasan menentukan nasibnya sendiri, seperti pemilu atau referendum. 

"Demokrasi hanya berlaku bagi mereka, dan tidak berlaku bagi negara-negara ketiga," ujarnya.

Untuk mewujudkan demokrasi, Boroujerdi menekankan tiga hal penting. "Pertama adalah gencatan senjata, kedua Israel keluar dari Palestina, dan ketiga diadakan referendum untuk rakyat Palestina," ungkapnya.

Pengamat Geopolitik dan Timur Tengah dari Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES), Dina Sulaeman, mempertanyakan mengapa tidak ada negara-negara adidaya yang bisa menghukum Israel di tengah praktik genosida yang terus menerus dilancarkan terhadap Palestina.

“Yang paling berperan di sini adalah Amerika Serikat. Mulai dari pendanaan, senjata, hingga dukungan politik," ujarnya.

Sejumlah dukungan itu diberikan AS bukan tanpa upaya dari Israel. Dina menyebut Israel aktif melakukan lobi-lobi untuk mempengaruhi kebijakan politik luar negeri AS agar berpihak pada mereka.

“Kebijakan politik luar negeri AS ada lobi-lobi Israel yang sebenarnya merugikan warga negara AS sendiri. Bayar pendidikan mahal, bayar kesehatan mahal, dll,” kata Dina.

Editor : Furqon Munawar

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network