BOGOR, iNewsBogor.id – Peringatan Hari Internasional untuk menghormati dan mengenang korban terorisme setiap 21 Agustus bukan sekadar momen refleksi, melainkan juga penegasan pentingnya penghargaan dan pengakuan terhadap para korban terorisme. Inisiatif ini menyoroti upaya yang dilakukan untuk memberikan tempat bagi para penyintas dan korban agar diakui secara resmi.
Kepala Kantor dan Liaison ASEAN United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) Indonesia, Erik van der Veen, mengapresiasi langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dalam memberikan penghormatan dan kompensasi kepada korban terorisme sebagai contoh praktik terbaik yang bisa diterapkan oleh negara lain.
"Pendekatan ini mencerminkan komitmen pemerintah Indonesia dalam menjaga dan menghormati martabat para korban serta memberikan kompensasi atas penderitaan mereka. Ini bisa menjadi contoh berharga bagi negara-negara lain di dunia," ujar Erik.
Di tengah tantangan global dalam menangani dampak terorisme, inisiatif BNPT dan LPSK di Indonesia menunjukkan komitmen kuat terhadap penghormatan dan pemulihan korban melalui peringatan Hari Internasional untuk Menghormati dan Mengenang Korban Terorisme yang digelar di Museum Nasional Penanggulangan Terorisme Adhi Pradana, Bogor, Rabu (21/8).
Van der Veen juga memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah BNPT dan LPSK dalam menyelenggarakan acara ini, menekankan bahwa peringatan ini adalah langkah yang sangat penting dan unik.
"Saya ingin menekankan bahwa acara peringatan seperti ini, yang memberikan ruang bagi korban untuk diakui, adalah sesuatu yang unik. Tidak banyak negara lain yang melakukan inisiatif serupa," tambahnya.
Menurutnya, peringatan ini adalah salah satu langkah nyata yang menunjukkan bahwa upaya penanggulangan terorisme di Indonesia berdampak nyata, baik secara nasional maupun internasional.
Van der Veen juga mencatat bahwa pendekatan BNPT dan LPSK adalah langkah maju dalam kerangka kebijakan internasional. Selama 25 tahun terakhir, kebijakan internasional umumnya fokus pada penegakan hukum dan respons militer terhadap terorisme, sering kali mengabaikan kebutuhan dan pengakuan terhadap korban.
"Jika kita melihat perkembangan kerangka kebijakan internasional dalam 25 tahun terakhir, sangat sedikit pengakuan yang diberikan kepada korban. Sebagian besar perhatian tertuju pada narasi bahwa terorisme adalah hal yang buruk dan harus dihapuskan," tutup Erik.
Editor : Ifan Jafar Siddik
Artikel Terkait