BOGOR - Sebuah video berdurasi 29 detik yang memperlihatkan sarung dengan motif binatang anjing menjadi viral di media sosial yang diunggah oleh seorang perempuan. Dalam video itu perempuan tersebut meminta kepada masyarakat agar tidak membeli sarung itu lantaran bermotif seekor anjing.
“Oh iya assalamualaikum ibu ibu solehah. Ini nanti kan ini ada Atlas Harmoni Idaman itu ya. Ati-ati mungkin ibu ibu udah mulai mungkin pingin beli sarung sarung untuk hadiah atau apa. In tolong ya jangan sampai dibeli karena ini ada gambar seperti ini di semua sarungnya,” ujar suara perempuan di dalam video tersebut.
“Kemarin kita ada orang ngasih soalnya, ya begitu, berapa sarung, ada lima isinya, begitu semua, sama, ada motif anjing di bawah, di bagian bawahnya itu, nah itu ya, syukron,” perempuan itu menambahkan.
Atas kejadian tersebut PT. BEHAESTEX sebagai pembuat dan produsen sarung tenun di sosial media facebook miliknya, menyanggah bahwa di gambar motif sarung tenunnya bukan anjing, tetapi Singo Mengkok yang merupakan order khusus dari Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan.
Asal-usul Simbol Singo Mengkok pada Kesenian Khas Lamongan. Arti dari Singo Mengkok sendiri adalah singa yang sedang menahan hawa nafsu dan tunduk di hadapan Allah (Sudjarwo, 2020).
Pendapat lain mengatakan bahwa makna singa yang membungkuk itu adalah manusia yang kuat adalah manusia yang dapat menundukkan hawa nafsunya (Ainiyah dkk, 2019).
Awal dari dakwah Sunan Drajat yang memakai simbol ini adalah penggunaannya sebagai motif di gamelan milik beliau. Simbol Singo Mengkok terletak di bagian bawah dari gamelan. Gamelan ini menjadi alat dakwah dari Sunan Drajat yang digunakan untuk mengiringi nyanyian atau tembang. Tembang tersebut adalah tempang pangkur.
Tembang Pangkur merupakan tembang yang berisi nilai-nilai yang terkandug dalam Al-Qur’an. Selain dinyanyikan dalam dakwahnya, tembang ini juga digunakan Sunan Drajat yang menyindir warganya karena lebih mementingkan dunianya. Sunan Drajat juga biasanya melafalkan tembang ini saat berkeliling desa untuk melihat aktivitas warga (Ainiyah dkk, 2019).
Gamelan yang memiliki motif singo mengkok memegang peranan penting dalam dakwah Sunan Drajat dengan menggunakan tembang pangkur.
Gamelan itu saat ini berada di Museum yang ada di area pemakaman Sunan Drajat. Gamelan ini dikonservasi oleh BPCB Jawa Timur. Terdapat 26 buah gamelan di antaranya 12 buah berbahan kayu, 3 buah berbahan perunggu, 11 buah berbahan besi (Sudjarwo, 2020).
Budayawan dari Drajat, Lamongan Hidayat Iksan juga menyatakan tidak benar jika motif yang ada di sarung tersebut adalah motif anjing. Yang benar adalah motif Singo Mengkok. Motif Singo Mengkok ini, menurut Hidayat, sebagai ciri khas penyangga gamelan Singo Mengkok milik Sunan Drajat dengan Tembang Pangkurnya. Hidayat juga menuturkan, sarung tersebut adalah sarung pesanan khusus dari Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan.
“Tidak benar kalau itu dikatakan anjing. Gambar tersebut bukan anjing, tetapi Singo Mengkok,” jelas Hidayat.
Hidayat menjelaskan awal dari dakwah Sunan Drajat adalah memakai simbol ini sebagai motif di gamelan, yang terletak di bagian bawah dari gamelan. Gamelan ini menjadi alat dakwah dari Sunan Drajat yang digunakan untuk mengiringi tembang pangkur.
“Arti dari Singo Mengkok sendiri adalah singa yang sedang menahan hawa nafsu dan tunduk di hadapan Allah. Pendapat lain mengatakan bahwa makna singa yang membungkuk itu adalah manusia yang kuat adalah manusia yang dapat menundukkan hawa nafsunya,” papar Hidayat.
Hal senada juga diungkapkan oleh pemerhati budaya Lamongan, Supriyo yang menyebut jika motif yang ada di sarung tersebut adalah motif Singo Mengkok dan bukan motif anjing. Motif Singo Mengkok selain ditemukan di gamelan Sunan Drajat, juga ditemukan di Sendang Duwur yang juga berada di Kecamatan Paciran.
“Selain di gamelan Sunan Drajat, motif Singo Mengkok juga ada di bagian kaki depan gapura tengah Sendang Duwur,” pungkasnya.
Editor : Hilman Hilmansyah
Artikel Terkait