
Nantinya, dikatakan Kiai Zubaidi, para dai tersebut akan menjelaskan kepada masyarak bagaimana caranya wakaf uang.
Saat ini yang ikut Workshop Penguatan Literasi dan Sosialisasi Wakaf Uang Untuk Kemaslahatan Umat sebanyak 80 dai. Sementara lulusan dai standarisasi MUI jumlahnya sudah 2.500 orang. Diharapkan nantinya mereka semua bisa membantu meningkatkan literasi masyarakat terkait wakaf yang sangat manfaatnya sangat besar.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua I BWI, KH Tatang Astarudin mengatakan, salah satu problem perwakafan di Indonesia adalah literasi. Literasi masyarakat terkait wakaf mungkin masih di angka 50 persen, tapi yang benar-benar paham soal wakaf baru 37 persen.
"Artinya soal literasi wakaf perlu ada penguatan, nanti masyarakat tidak hanya sekadar tahu wakaf tapi juga berwakaf," kata Kiai Tatang.
Maka, ia menegaskan, para dai standarisasi MUI ini menjadi salah satu jawaban untuk mengatasi lemahnya literasi masyarakat soal wakaf khususnya wakaf uang.
Ia menerangkan, ada tiga agenda keumatan yang hari ini menjadi problem umat. Yakni pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Padahal wakaf menjadi salah satu solusi untuk menjawab permasalahan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Kiai Tatang menambahkan, jika dana wakaf terkumpul banyak, bisa untuk wakaf produktif yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. Sehingga wakaf menjadi jawaban dari persoalan pengangguran dan kesejahteraan masyarakat.
"Paka para dai ini menjadi ujung tombaknya dalam meyakinkan masyarakat tentang wakaf," ujarnya.
BWI juga menyampaikan bahwa estimasi potensi wakaf uang mencapai Rp 181 triliun dari 17 cluster. Tapi yang dikelola baru Rp 3,2 triliun.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait