Menurut Setiawati, pengalaman panjang DLH Kota Bogor menunjukkan bahwa pemilahan sampah sejak dari sumbernya adalah faktor kunci. “Kalau sampah tidak dipisahkan dari rumah tangga, maka pengolahan di tahap selanjutnya akan jauh lebih sulit. Pemilahan di sumber sangat menentukan,” tegasnya.
Sampah Bukan Hanya Persoalan Teknis
Pendapat ini diamini oleh Dr. Rimun Wibowo, dosen Ilmu Lingkungan sekaligus Pakar Pemberdayaan Masyarakat Eco-Technopark UIKA. Ia menegaskan bahwa masalah sampah tidak bisa dipandang semata sebagai isu teknis. “Sampah itu persoalan sosial, ekonomi, bahkan budaya. Karena itu, penyelesaiannya harus dengan edukasi dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Rimun mencontohkan Jepang sebagai negara yang berhasil mengelola sampah dengan baik. “Di Jepang, pemisahan sampah sudah berlembaga sejak di rumah tangga. Jadi ketika sampai ke tahap pengolahan, prosesnya jauh lebih mudah dan efisien,” tambahnya.
Program 30 RT Bebas Sampah
DLH Kota Bogor kini menyiapkan program percontohan 30 RT bebas sampah di enam kecamatan. Program ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun budaya baru pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
“Upaya teknis tanpa melibatkan masyarakat tidak akan cukup. Kami berharap program 30 RT bebas sampah ini bisa jadi contoh bahwa perubahan nyata dimulai dari lingkungan terkecil,” kata Setiawati.
Jajaran DLH Kota Bogor dan Eco-Technopark UIKA Bogor saat mengabadikan momen bersama usai penjajakan kerjasama sinergi pengelolaan sampah di Kota Bogor. (Foto : IST/Furqon)
Eco-Technopark UIKA Siap Berkolaborasi
Dalam pertemuan dengan DLH Kota Bogor pada Kamis, 2 Oktober 2025, Koordinator Peneliti Eco-Technopark UIKA, Dr. Budi Susetyo menyatakan kesiapannya untuk mendukung Pemerintah Kota Bogor, mengatasi permasalahan sampah.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait
