SYAIKH Abu Laits As Samarkandi dalam kitab Tanbihul Ghofilin Bab Larangan Tertawa Bergelak memberikan nasehat yang indah, “...selayaknya setiap orang memikirkan lima perkara”, sebagai berikut:
1. Pikirkanlah tentang dosa, sebab Anda tahu bahwa Anda telah berbuat dosa, tetapi Anda tidak tahu apakah dosa telah diampuni atau tidak.
Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat dosa, disengaja atau tidak disengaja, disadari atau tidak disadari, dosa kecil bahkan mungkin dosa besar.
Allah SWT berfirman dalam surat Mujadalah (58:6) sbb :
:
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّه جَمِيْعًا فَيُنَبِّءُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا اَحْصَىهُ اللَّهُ وَنَسُوْهُ وَاللَّهُ عَلَى كُلّ شَيْءٍ شَهِيْد
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu”.
KH Drs. Syarifuddin Mahfudz MSi menjelaskan di Yaumil Ba’ats atau Hari Kebangkitan nanti, semua insan dikumpulkan, diberitahukan kepada mereka tentang amal perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia karena semuanya telah dicatat.
Renungkanlah, “bahkan semua kita sepertinya mempunyai dosa yang sangat kita rahasiakan, termasuk kepada pasangan hidup kita sendiri”.
Kalau kita menengok ke belakang sambil berbisik dengan nurani kita, “Wahai Fulan, setelah engkau mencapai usia 60 tahun ini, berapa banyak dosa yang telah engkau perbuat?”. Rasanya tidak akan mampu kita menghitungnya. Maka kiranya tepat sekali, jeritan hati Abu Nawas dalam syairnya yang sangat terkenal :
إلهي لست لى الفردوس اهلا – ولاأ قوى على النار الجحيم
فهبلي توبة واغفز ذنوبي – فإنك غافر الذنب العظيم
“ Tuhanku rasanya aku tak pantas menjadi penghuni surga Firdaus, tetapi aku tidak kuat bila menjadi penghuni neraka Jahim, maka berilah aku kemampuan untuk bertaubat maka ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun Maha Agung”.
Maka sangatlah penting untuk introspeksi, mawas diri, muhasabah agar kita menyadari terhadap dosa-dosa yang pernah kita lakukan, kemudian kita segera bertaubat, taubat dari lubuk hati yang paling dalam serta dengan penuh optimis bahwa Allah swt akan mengampuni dosa-dosa yang pernah kita perbuat.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron (3):i35 sebagai berikut:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوا فَاخِشَةً اَوْظَلَمُوا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْاالله فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إلاَّالله وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَى مَافَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْن
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
Berdasarkan ayat tersebut, maka apabila kita telah menyadari bahwa kita telah berbuat dosa, apalagi banyak dosa, segeralah untuk:
a. Dzakarullaaha, berdzikir kepada Allah swt, mengingat dan menyebut nama Allah dengan dzikron katsiiron, dengan dzikir yang banyak.
b. Fastaghfaruu li dzunuubihim, kemudian mereka istighfar, mohon ampun atas dosa-dosanya.
c. Walam yusirruu ‘alaa maa fa’aluu wahum ya’lamuun, dan mereka tidak meneruskan dan tidak mengulangi perbuatan dosanya, karena mengetahui kekejian mereka.
2. Pikirkanlah tentang amal kebaikan, karena anda tahu bahwa anda telah beramal, tetapi anda tidak tahu apakah amal Anda telah diterima Allah SWT apa tidak.
FirmanNya dalam surat An Najm (53:32) sebagai berikut:
الَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبَاءِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ اِلاَّ اللّمَمَ إنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَة هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ إذْ اَنْشَأكُمْ مِنَ الاْرْضِ وَإذْ اَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِى بُطٌوْنِ اُمَّهَاتِكُمْ فَلاَ تُزَكُّوْا اَنْفُسَكُمْ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”.
“ Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci”, karena kita tidak tahu pasti apakah amal kita diterima Allah SWT. Tugas kita hanyalah beramal atau beribadah sebaik mungkin, dengan ikhlas dan dengan tata cara sesuai yang disyariatkan, sambil berdoa semoga Allah menerima ibadah kita dengan baik. Kita tidak boleh gede rasa, belum masuk surga sudah sombong lebih dulu, Sekali lagi, janganlah sombong karena merasa telah banyak beramal. Tugas kita yang utama adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas iman dan ibadah dengan sebaik-baiknya.
3. Pikirkanlah tentang kesudahan hidup, karena anda tahu kehidupan anda yang sudah berlalu, tetapi anda tidak tahu kapan hidup anda akan berakhir.
FirmanNya dalam surat Lukman (31:34) :
اِنَّ الله عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَة وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ بِأيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُ اِنَّ اللَّهَ عَلِيْمٌ خَبِيْر
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Kita tahu berapa tahun usia kita sekarang, dan kitapun masih ingat perjalanan hidup kita hingga kini, tetapi kita sama sekali tidak tahu, berapa lama lagi sisa hidup kita, di mana kita akan mati? Kapan? Hari apa? Tanggal berapa? Lagi ngapain? Apakah husnul khatimah? Jangan-jangan su’ul khotimah? Naudzubillah min dzaalik.
Subhaanalloh semuanya rahasia Allah SWT. Maka sering-seringlah kita berdo’a:
اللهم إني أسئلك حسن الخاتمة وأعوذ بك من سؤئل الحاتمة
“Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepadaMu (menjadi orang yang) husnul khotimah, dan aku berlindung kepadaMu dari su’ul khotimah”
4. Pikirkanlah tentang tempat apa yang akan anda masuki, karena anda tahu bahwa Allah SWT telah menyiapkan dua tempat, yakni surga dan neraka, tetapi anda tidak tahu apakah anda akan masuk surga atau akan masuk neraka (na’udzu billah min dzalik).
Firmannya dalam surat Ar Ra’d (13):23-24 sebagai berikut:
جَنَّٰتُ عَدۡنٖ يَدۡخُلُونَهَا وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۖ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَدۡخُلُونَ عَلَيۡهِم مِّن كُلِّ بَابٖ ٢٣ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ
23. (yaitu) surga ´Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu
24. (sambil mengucapkan): "Salamun ´alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu
Allohu Akbar, penghuni surga “Adn akan dikumpulkan bersama orang tuanya, pasangannya serta anak keturunannya yang soleh solehah. Mereka disambut oleh para Malaikat di pintu-pintu surga dengan ucapan “Selamat atas kalian semua, dengan kesabaran kalian, (kalian masuk surga ini}”.
Kalian sabar ketika mendapat musibah, sabar dalam mentaati perintah Allah, dan sabar tidak tergelincir dalam ma’siat bahkan ketika ada kesempatan.
5. Pikirkanlah tentang penilaian Allah SWT terhadap anda, karena anda tahu bahwa ada manusia yang diridhoi Allah dan ada manusia yang dimurkai Allah, tetapi anda tidak tahu apakah Allah ridho kepada anda atau tidak.
FirmanNya dalam surat Al Bayyinah (98:7-8) sebagai berikut:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ خَيۡرُ ٱلۡبَرِيَّةِ ٧ جَزَآؤُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ لِمَنۡ خَشِيَ رَبَّهُۥ ٨
“7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk
8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ´Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”.
Sungguh indah sekali bila kita diridhai Allah dan kitapun ridha kepadaNya.
“Sementara ulama memahami ridha seorang hamba terhadap Tuhan adalah bahwa hatinya tidak merasa keruh atau tidak enak menerima ketetapan Allah, apapun bentuknya. (Ini sungguh berat mengamalkannya,SM). Sedang ridha Allah kepada hambaNya tercermin dalam keberadaan hamba itu di tempat dan situasi yang dikehendaki Allah”. (Quraisy Sihab, Tafsir Al Misbah, Volume 15, hal 448).
Wallohu ‘alam bish shawab.
Jakarta, 5 Januari 2018/15 Rabiul Akhir 1439.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta