Lebih lanjut Ia menjelaskan, memang pada awalnya rokok elektrik dan vape diciptakan sebagai alat transisi untuk para perokok aktif berhenti merokok lantaran memiliki kandungan nikotin lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. Namun realitanya, pengguna rokok elektrik tetap menghisap terus-menerus sehingga nikotin yang masuk ke tubuh kadarnya sama saja layaknya dari rokok konvensional.
"Didesain seperti itu tapi pada kenyataannya justru banyak gagalnya. Orang malah kecanduan juga dengan cara-caranya bahkan justru lebih sering menghisapnya. Sebagian tidak bisa meninggalkan rokok konvensional malah pakai dua-duanya. Itulah yang dikatakan e-cigar atau vape ini gagal dipakai sebagai alat untuk berhenti merokok," jelas dr Erlina.
"Salah satu penelitian menyebut lebih dari sama dengan 30 hisapan itu nikotin yang dihantarkan itu sama dengan jumlahnya dengan satu batang rokok. Memang kadarnya rendah tapi pada kenyataannya ternyata orang terjebak dengan kata-kata kadar nikotin dan zat-zat kimia menjadi lebih rendah. Jadi memang sama-sama menimbulkan kecanduan juga," pungkasnya.
Editor : Ifan Jafar Siddik