Gedung yang jadi tempat para pemimpin RS DGI Cikini ini, adalah tiruan dari satu istana kecil di Jerman, yakni Istana Callenburg yang sering dikunjungi Raden Saleh. Ternyata Raden Saleh bukan hanya pelukis kondang tapi juga seorang arsitek handal. Ia merancang gedung ini untuk tempat tinggalnya.
"Tempat kediamannya itu kini menjadi asrama perawat RS DGI Cikini. Kediaman R Saleh terbentang dari TIM, dua bioskop (Garden Hall dan Podium), kolam renang, SLTP I Cikini, hingga ke RS DGI Cikini. Sebelum dipindahkan gubernur Ali Sadikin ke Ragunan pada 1967, kebon binatang di Jakarta terletak di kediaman R Saleh,"paparnya.
Ketika pindah ke Bogor, pelukis ini menjual rumah beserta tanahnya pada Sayid Abdullah bin Alwi Alatas, pemilik gedung Museum Tekstil di Jatipetamburan, Jakarta Pusat. Ketika kemudian rumah dan tanah itu dijual pada Koningen Emma Ziekerhuis (Yayasan Ratu Emma) dengan harga 100 ribu gulden, pada 1897, R Saleh sudah meninggal dunia.
Mengetahui rumah dan tanah itu akan dijadikan rumah sakit, Abdullah Alatas memotong harga penjualan jadi 50 ribu gulden, sembari menegaskan bahwa masjid bukan bagian yang dijual dan tidak boleh dibongkar. Pada tahun 1991, masjid ini memperoleh sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional.
Menurut Hamid Algadri dalam buku 'Politik Kolonial Belanda terhadap Islam dan Keturunan Arab’, Raden Saleh mulai diasuh oleh pamannya Kanjeng Terboyo Bustaman, menantu Pangeran Ario Amangkurat I. Kemudian sejak usia 7 tahun ia diasuh seorang Belanda, Baron van den Capellen atas usaha pemerintah Belanda.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta