Tercatat, sejak tahun 2020 sampai dengan 2023, Kota Bogor menghadapi kurang lebih 700 sampai 800 jenis bencana di setiap tahun, seperti banjir lintasan, angin puting beliung, tanah longsor hingga pergeseran tanah yang memakan korban jiwa.
“Tahun lalu ada 8 korban jiwa warga akibat tanah longsor pada beberapa titik dan tahun 2023 ada 7 korban jiwa akibat bencana di Kelurahan Empang,” ujarnya.
Ke depan bencana yang pernah terjadi kata dia, tidak menutup kemungkinan bakal dihadapi lagi. Kepada seluruh pihak dan seluruh lapisan masyarakat Kota Bogor, Dedie menginstruksikan agar bersama-sama memitigasi dan melakukan upaya-upaya sosialisasi dan edukasi pencegahan yang lebih serius dan lebih gencar agar maksimal.
Bagaimana juga sambung Dedie hanya upaya pencegahan mitigasi yang dapat menghindarkan warga dari kehilangan maupun kerugian harta dan nyawa. Seluruh lapisan masyarakat lainnya harus aktif bekerjasama dengan aparatur wilayah, TNI, Polri maupun pihak terkait lainnya memberikan pemahaman kepada warga yang masih tinggal di lokasi rawan bencana.
“Jadi hal-hal sederhana, salah satunya tidak membuang sampah sembarangan ke sungai itu adalah bentuk kepedulian warga dalam rangka menghindarkan diri bencana. Saya juga ingin menghimbau kepada semua, utamanya RT RW dipimpin para lurah dan dikoordinasi oleh Camat untuk menggiatkan mitigasi terkait risiko kebencanaan, kesadaran masyarakat untuk menghindarkan diri dari bencana harus digelorakan. Jangan membiasakan membangun di atas turap, aparat wilayah tegakkan disiplin dan aturan,” tegasnya.
Editor : Ifan Jafar Siddik