Alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) itu pun menuding ada pihak yang punya obsesi berlebihan untuk mendorong kesejahteraan, kemakmuran dan Indonesia Emas 2045. Padahal, menurutnya, niat baik tersebut tidak bisa dikerjakan sendirian oleh kelompok manapun.
“Hanya saja, jangan pernah beranggapan hanya dirinya yang mampu dan sanggup mengantarkan itu. Ini mesti menjadi kerja kolektif, kerja bersama,” katanya.
Selain Karlina Supelli dan Yustinus Prastowo, forum yang mendeklarasikan Seruan Jembatan Serong tersebut juga dihadiri oleh Simon Petrus Lili Tjahjadi (Ketua STF Driyarkara), Erry Riyana Hardjapamekas (Pimpinan KPK 2003-2007), Lukman Saifuddin (Menteri Agama 2014-2019), Goenawan Mohamad (Sastrawan), Arif Zulkifli (Dewan Pers), Yanuar Nugroho, Taufiequrrahman Ruki dan sejumlah tokoh lainnya.
“Hari-hari mendatang ini, nasib demokrasi Indonesia dipertaruhkan. Apakah tanah air akan berjalan sesuai dengan cita-cita Proklamasi dan dasar Pancasila, atau sebaliknya menjadi ajang permainan politik dinasti dan oligarki. Untuk itulah kami berseru dan bertekad untuk menegakkan negeri yang adil dan merdeka, yang menyediakan kesempatan yang setara kepada tiap putra-putri Indonesia. Tanpa nepotisme, tanpa kelompok dan keluarga dengan hak-hak istimewa,” tulis Seruan Jembatan Serong.
“Kami meminta seluruh lembaga tinggi negara menjamin pemilu yang jujur dan adil. Kami menolak dengan keras penyusutan kekuasaan ke tangan eksekutif, perusakan batas-batas tegas dan pemisahan kekuasaan, persekongkolan para elit politik, aparatur dan lembaga-lembaga negara bagi kepentingan-kepentingan orang atau kelompok tertentu dalam penyelenggaraan Pemilu 2024. Kami menyerukan kepada seluruh anggota masyarakat untuk aktif mengawal dan mengawasi proses pemilihan umum dengan segala sarana dan perangkat yang dimiliki,” sambung seruan tersebut.
Editor : Furqon Munawar