JAKARTA, iNewsBogor.id - Komunitas Pendukung Ganjar-Mahfud (Kopi Gama) mendukung upaya seniman Butet Kertaredjasa menempuh jalur hukum pasca unggahan medsosnya menyatakan pementasan Teater dengan lakon 'Musuh Bebuyutan' diintimidasi aparat.
"Kami siap kawal Mas Butet, budayawan nusantara hadapi laporan polisi, karena ekspresi paling jujur dari kebudayaan itu adalah seni. Dan ketika Mas Butet bersama seniman mementaskan teater lantas diIntimidasi dan atas intimidasi itu kemudian di unggah ke media sosial, lalu postingan itu dilaporkan ke polisi, maka itu tidak hanya pertanda robohnya demokrasi tapi juga kemunduran generasi" tegas Paox Iben, Ketua Umum Kopi Gama dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (18/12/2023) malam.
Sebelumnya, Butet Kartaredjasa mengundang ngopi bareng Paox Iben di sekitar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Senin sore. Mereka prihatin atas kondisi kebudayaan yang belakangan ini seperti kembali ke masa ORBA. Pertunjukan seni di intimidasi dan dilaporkan ke pihak kepolisian.
Menurutnya, bantuan pemerintah melalui Ditjen Kebudayaan RI yang berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, seharusnya dapat diberikan dalam menangani kasus hukum yang melibatkan dan menjerat seniman.
“Ditjen Kebudayaan dari Pemerintah siap mengirim lawyer untuk saya, firma-firma hukum teman saya juga menawarkan diri, karena mereka punya alokasi anggaran untuk masalah hukum atas ancaman kebebasan berekspresi itu,” beber Butet.
Butet senang dengan banyaknya pihak yang membantunya dalam menyelesaikan masalah tersebut. Saat ditanya wartawan, Butet menyebut baru satu pihak yang melaporkan dirinya yakni oleh Advokat Lingkar Nusantara (Lisan).
Diberitakan sebelumnya, gelaran pentas seni karya Butet Kartaredjasa dan Agus Noor disebut-sebut mendapat intimidasi dari pihak kepolisian.
Lakon pertunjukan ini digarap oleh Agus Noor sebagai penulis dan direktur artistik, bersama dengan Butet Kartaredjasa selaku pendiri Indonesia Kita tampil sebagai aktor utama. Sejumlah tokoh kenamaan mulai dari Cak Lontong, Inayah Wahid (putri Gus Dur), Marwoto dan lainnya ikut bermain.
Musuh Bebuyutan mengisahkan hubungan seorang pemuda dan seorang perempuan yang bertetangga dan berteman baik. Namun sebuah peristiwa menjadikan keduanya berseteru dan berbeda pilihan politik. Permusuhan keduanya merembet ke mana-mana, membuat situasi kampung menjadi penuh kasak-kusuk.
Imbasnya, masyarakat menjadi terbelah sikap. Ada yang mendukung si pemuda, ada juga yang mendukung si perempuan. Situasi di perkampungan itu makin memanas ketika lurah lama akan habis masa jabatannya, dan pemilihan lurah baru akan dilangsungkan. Akankah lurah lama tidak akan ikut cawe-cawe (ikut campur) dalam pemilihan tersebut?.
Editor : Furqon Munawar