get app
inews
Aa Text
Read Next : Prabowo Subianto Ajak Bima Arya Masuk Kabinet, Fokus pada Efisiensi Pemerintahan

MaWaRa: Al-Millah Karya Al-Farabi Jadi Kunci Tatanan Baru untuk Sistem Politik yang Mendasar

Senin, 25 Maret 2024 | 07:05 WIB
header img
Direktur Eksekutif MaWaRa, Muhammad Hazir Rahim, saat menerangkan konsep Al-Millah dalam diskusi mengenai karya Al-Farabi berjudul Al-Millah di Digra Coffee, Jakarta Selatan, Ahad (24/3/2024). Foto: Alpin/iNews.

JAKARTA, iNewsBogor.id - Direktur Eksekutif Iklim Manusia, Welas Asih, Rasional (Iklim MaWaRa), Muhammad Hazir Rahim, mengungkapkan Al-Millah merupakan karya Al-Farabi yang memiliki potensi untuk menciptakan tatanan baru dalam sistem politik yang mendasar. Hazir menyatakan, proposisi dan konsep-konsep politik yang digunakan Al-Farabi dalam Al-Millah begitu fundamental. Ia yakin hal ini dapat mengubah keseluruhan struktur kehidupan sekarang.

"Ketika dia itu adalah entitas yang sangat fundamental, maka circle itu pasti bukan cuma berubah, tapi berantakan... Jadi satu konsep baru ketika betul-betul berarti dalam hidup kita, ini bisa membuat perubahan yang sangat signifikan bagi kehidupan kita," kata Hazir dałam diskusi publik bertema “Identitas Politik dalam Pandangan Farabi: Reinterpretasi Kitab Al-Millah” di Digra Coffee, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu, (17-24/3/2024).

Hazir menekankan pentingnya bahasa sebagai perwakilan konsep dalam menciptakan perubahan dan tatanan baru. Menurutnya, bahasa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi mitos, budaya, pikiran, emosi, dan sentimen seseorang.


Peserta Iklim MaWaRa sedang menyimak diskusi mengenai Al-Millah, Ahad (24/3/2024). Foto: Alpin/iNews

“Ketika bahasa adalah kendaraan buat mitos, kendaraan buat budaya, kendaraan buat pikiran, kendaraan buat sentimen-sentimen, kendaraan buat emosi-emosi. Kadang-kadang kita punya pikiran sama dengan orang lain dan kita tidak pernah berdiskusi. Itu menunjukkan bahwa Farabi itu seribu tahun yang lalu itu betul-betul menembus batas-batas pengetahuan yang ada di zamannya,” jelas Hazir.

Dalam konteks ini, Hazir juga menyayangkan minimnya kajian terhadap Al-Farabi, terutama dalam tradisi Islam. Meski mengakui kehebatan modal metafisika dari para filsuf kondang seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd, Hazir mempertanyakan mengapa pemikiran Al-Farabi justru jarang diperhatikan.

"Potensi yang begitu besar, kenapa tidak ada satupun yang melirik pemikirannya Al-Farabi?" tanya Hazir.

Hazir juga menyoroti keunikan Al-Farabi dalam menciptakan mazhab Filsafat Bahasa yang baru. Ia berpendapat karya-karya Al-Farabi memiliki relevansi yang tinggi bahkan di era modern.

"Andaikan Al-Farabi dibaca dengan serius, ada kalimat-kalimat dia yang ketika saya baca filsafat bahasa itu persis dipakai di hari ini," kata Hazir.

Hazir berharap melalui diskusi mengenai Al-Millah, masyarakat dapat menyaksikan bagaimana Al-Farabi tidak hanya memulai, tetapi juga mengakhiri kajian hikmah amali dalam tradisi Islam.


Peserta Iklim MaWaRa. (Foto: Alpin/iNews).

"Saya yakin di Al-Millah ini kita bakal menyaksikan betapa Farabi betul-betul memang bukan cuma memulai tapi mengakhiri kajian hikmah amali di dalam tradisi Islam," katanya.

Sebagai informasi, kegiatan Iklim MaWaRa kali ini melibatkan angkatan pertama untuk serial pemikiran filsuf muslim Al-Farabi. Peserta yang hadir datang dari berbagai latar belakang, mulai mahasiswa, guru, jurnalis, karyawan swasta, aktivis, dll.

Rencananya, diskusi mengenai Al-Millah akan berlanjut dalam beberapa kursus singkat (short course). Adapun topik yang dibahas mencakup Konsep Millah dan Konsep Bangsa; irisan Filsafat, Agama, dan Budaya; Tipologi Pemerintahan; Model-Model Leadership; dan Budaya Politik.

Editor : Furqon Munawar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut