get app
inews
Aa Text
Read Next : Mengenal Sosok Malaikat yang Turun Pada Malam Lailatul Qadar

Fenomena 40 Hari di Alam Kubur: Kapak Sederhana dan Pertanyaan Malaikat yang Tak Berakhir

Sabtu, 19 Juli 2025 | 13:43 WIB
header img
Tersebut kisah bagaimana seorang tukang kayu miskin yang hanya memiliki sebilah kapak sebagai hartanya, justru diinterogasi Malaikat Munkar-Nakir selama 40 hari. Foto: dok

JAKARTA, iNewsBogor.id - Tersebut kisah bagaimana seorang tukang kayu miskin yang hanya memiliki sebilah kapak sebagai hartanya, justru diinterogasi Malaikat Munkar-Nakir selama 40 hari di alam kubur. Mengapa demikian? Simak kisahnya hingga tuntas.

Sebagai umat Muslim, maka  meyakini bahwa setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Saat ajal menjemput, tak ada harta benda yang bisa dibawa, kecuali amal ibadah selama hidup di dunia.

Kisah ini, seperti diulas dalam video YouTube Tafakkur Fidiin dilansir pada Sabtu (19/7/2025), bermula dari seorang konglomerat kaya raya yang menulis surat wasiat unik. Ia menawarkan separuh hartanya kepada siapa pun yang bersedia menemaninya di dalam kubur selama 40 hari setelah ia meninggal.

Konglomerat itu pun bertanya kepada anak-anaknya, "Sanggupkah kalian menjagaku di dalam kubur nanti?" Namun, anak-anaknya menolak, beralasan bahwa ayah mereka sudah menjadi mayat. Ia kemudian menanyakan hal serupa kepada adik-adiknya, yang juga menjawab mustahil ada orang yang mau menemani mayat selama itu di dalam tanah.

Dengan hati sedih, konglomerat itu meminta ajudannya untuk mengumumkan tawaran istimewanya ke seluruh negeri.

Hingga tibalah hari ketika sang konglomerat berpulang. Liang kuburnya dihias megah layaknya sebuah peristirahatan termewah, lengkap dengan segala perlengkapannya.

Di saat yang hampir bersamaan, seorang tukang kayu miskin mendengar pengumuman wasiat tersebut. Tanpa ragu, ia segera mendatangi ahli waris konglomerat untuk menyatakan kesanggupannya.

Keesokan harinya, jenazah konglomerat dikebumikan. Si tukang kayu ikut turun ke liang lahat, membawa satu-satunya harta miliknya: kapak yang ia gunakan untuk mencari nafkah.

Setelah para pengantar jenazah pergi sejauh tujuh langkah dari makam, tiba-tiba Malaikat Munkar dan Nakir datang. Menyadari kedatangan mereka, si tukang kayu segera menjauh dari jenazah konglomerat, mengira interogasi akan ditujukan kepada si mayat.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Malaikat Munkar-Nakir menghampirinya dan bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku menemani mayat ini selama 40 hari untuk mendapatkan setengah dari harta warisannya," jawab si tukang kayu.

"Apa saja harta yang kau miliki?" tanya Munkar-Nakir.

"Hartaku cuma kapak ini saja, untuk mencari rezeki," jawabnya lugas.

Pertanyaan berlanjut. "Dari mana kau dapatkan kapakmu ini?"

"Aku membelinya," balasnya.

Di hari kedua, Malaikat Munkar-Nakir kembali datang. "Apa saja yang kau lakukan dengan kapakmu?"

"Aku menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar, lalu aku jual ke pasar," jelas tukang kayu.

Hari ketiga, pertanyaan kembali diajukan. "Pohon siapa yang kau tebang dengan kapakmu ini?"

"Pohon itu tumbuh di hutan belantara, jadi tak ada yang punya," jawabnya.

"Apa kau yakin?" lanjut malaikat.

Pertanyaan tak berhenti di situ. Hari demi hari, hingga hari ke-39, Malaikat Munkar-Nakir terus datang, dan pertanyaannya masih berkisar tentang kapak tersebut. "Adakah kau potong pohon-pohon tersebut dengan kapak ini sesuai ukurannya dan beratnya yang sama untuk dijual?"

"Aku potong dikira-kira saja, mana mungkin ukurannya bisa sama rata," tegas tukang kayu, mulai lelah.

Di hari terakhir, hari ke-40, Munkar dan Nakir kembali. "Hari ini kami akan kembali bertanya soal kapakmu ini," kata mereka.

Belum sempat Munkar-Nakir melanjutkan pertanyaannya, si tukang kayu segera melarikan diri ke atas, membuka pintu kubur, dan melesat keluar. Di luar, sudah banyak orang menantikan kehadirannya.

Dengan tergesa-gesa, si tukang kayu lari meninggalkan mereka sambil berteriak, "Kalian ambil saja semua bagian harta warisan ini, karena aku sudah tidak menginginkannya lagi!"

Setibanya di rumah, ia berkata kepada istrinya, "Aku sudah tidak menginginkan separuh harta warisan dari mayat itu. Di dunia ini harta yang kumiliki padahal cuma satu kapak ini, tapi selama 40 hari yang ditanyakan dan dipersoalkan oleh Malaikat Munkar-Nakir masih saja seputar kapak ini. Bagaimana jadinya kalau hartaku begitu banyak? Entah berapa lama dan bagaimana aku menjawabnya."

Kisah ini mengingatkan kita pada sabda Nabi Muhammad SAW dari Ibnu Mas’ud RA: "Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, yaitu umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan kemana dibelanjakannya, ilmunya sejauh mana diamalkan?" (HR. Turmudzi).

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut