Ketika Godaan Digital Menguji Kesetiaan: Kisah Bidan Sukabumi yang Terjerat Cinta dari Tinder
Fenomena playing victim atau berpura-pura menjadi korban juga makin sering muncul di era media sosial. Pelaku perselingkuhan digital seperti Dina kerap membenarkan tindakannya dengan alasan emosional: suami tidak peka, hidup kesepian, atau merasa tidak dihargai.
Padahal, menurut pakar komunikasi, justru sikap menyalahkan pasangan tanpa introspeksi diri adalah awal dari kehancuran hubungan.
Di dunia maya, citra mudah dimanipulasi. Seseorang bisa tampil seolah korban, padahal sedang menutupi kesalahan yang lebih besar.
Kisah ini seharusnya menjadi cermin bagi banyak pasangan modern: bahwa teknologi bukan penyebab selingkuh, tapi hanya mempercepat prosesnya bagi yang sudah goyah.
Kunci dari hubungan yang sehat tetap sama — komunikasi, empati, dan kejujuran.
Aplikasi seperti Tinder memang menawarkan sensasi baru, tapi juga menyimpan risiko besar. Satu “swipe kanan” bisa jadi awal dari kehancuran rumah tangga yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Namun, kisahnya menjadi pengingat nyata: bahwa kesetiaan di era digital bukan hanya tentang tubuh, tapi juga tentang integritas dan batas moral.
Editor : Ifan Jafar Siddik