Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pengamat menganggap kebiasaan pernikahan ibu-anak telah mati. Misionaris Katolik telah mengubah 90 persen dari 25.000 anggota suku Bangladesh, dan banyak praktik Mandi yang dulu diterima sekarang menjadi tabu. Ini termasuk kebiasaan langka, di mana wanita Mandi menikahi suami ibunya.
Namun, meski tidak ada angka resmi, seorang kepala daerah mengklaim banyak keluarga yang masih mengikuti adat pernikahan ibu-anak.
"Orang-orang tetap diam tentang hal itu karena memiliki lebih dari satu istri tidak disukai oleh gereja," kata Shulekha Mrong, kepala Achik Michik, sebuah kelompok perempuan berpengaruh yang dijalankan oleh para tetua perempuan Mandi.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait