JAKARTA, iNewsBogor.id - Berbagi pengalaman kebijakan pembangunan pertanian, Komisi IV DPR RI melaksanakan Kunjungan Kerja ke parlemen Turki di Ankara, Selasa (29/11/2022) lalu.
Pada kesempatan ini delegasi Indonesia diterima oleh Ketua Komisi Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Pembangunan Pedesaan, Prof. Dr. Yunus Kilic beserta anggota komisi yang beranggotakan 26 orang.
"Kerja sama dengan pemerintah Turki sudah terjalan lama sejak pemerintahan Ottoman hingga saat ini. Indonesia sudah menjadi negara sahabat bagi kami", ujarnya dalam pembukaan penerimaan delegasi parlemen Republik Indonesia..
"Kunjungan Diplomasi ini bertujuan untuk mempelajari kebijakan dalam penerapan program pembangunan di bidang pertanian dan pangan, lingkungan hidup dan kehutanan, serta kelautan dan perikanan serta implementasi prioritas kebijakan di bidang tersebut dilaksanakan di Turki" ujar Anggia Erma Rini sebagai Pimpinan Komisi IV DPR RI delegasi parlemen Indonesia.
Dalam hal bidang pertanian, Turki banyak mengimpor Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia. Kerja sama ini mencanangkan peningkatan volume perdagangan Indonesia-Turki sampai dengan 10 miliar USD dan terus akan ditingkatkan.
Diplomasi bilateral Indonesia-Turki dilanjutkan dengan pertemuan dengan Kementerian Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Pedesaan Turki pada Rabu (30/11/2022) lalu.
Pada kesempatan ini delegasi diterima oleh Ahmet Volkan Gungoren, Direktur Jenderal untuk European Union dan Relasi Luar Negeri, Kementerian Pertanian dan Kehutanan.
"Turki sangat mengapresiasi Kepemimpinan Indonesia pada G20. Hubungan kerjasama Indonesia-Turki terjalin dengan erat dan akan terus ditingkatkan. Indonesia merupakan negara yang besar dan berperan penting di kawasannya" ujar Ahmet dalam sambutannya yang hadir bersama wakil Dirjen Kehutanan, Kepala Departemen dan Koordinator Project lingkup Kementerian Pertanian Turki.
"Sektor Pertanian merupakan satu-satunya sektor yang berdampak positif 16,24% terhadap PDB Indonesia dan mampu bertahan dalam pandemik. Tujuan dari kunjungan diplomasi ini adalah untuk mempelajari pertanian cerdas guna mengatasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global", ungkap Anggia Erma Rini, pimpinan Komisi IV DPR, yang merupakan pimpinan delegasi.
Kepala Balitbangtan Prof. Fadjry Djufry turut hadir pada pertemuan yang dilaksanakan di kantor Kementerian Pertanian dan Kehutanan tersebut. Fadjry menjelaskan bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan lembaga riset pemerintah Turki untuk bekerjasama, khususnya dalam pengembangan standar produk pertanian.
"Kami telah bertemu dengan Direktur Jenderal TAGEM dan membicarakan potensi kolaborasi antara lain pengembangan standar produk pertanian, peningkatan capacity building sumber daya manusia, dan mitigasi perubahan iklim", ungkap Fadjry.
Balitbangtan yang telah bertransformasi menjadi Badan Standardisasi Instrumen Pertanian akan menambahkan klausul kerjasama dan kolaborasi dalam MoU yang telah diinisiasi dengan Kementerian Pertanian Turki sebelumnya.
Ahmet merespon dengan antusias terhadap apa yang disampaikan oleh Kepala Balitbangtan dan menunggu follow-up dari MoU yang belum selesai tersebut. Ahmet menambahkan, dalam mengatasi ancaman krisis pangan global di Turki, 50 institusi R&D bekerjasama dengan institusi dunia.
“Keamanan pangan menjadi topik penting dalam Kementerian Pertanian sehingga dibentuk departemen khusus. Perencanaan dan Aksi untuk keamanan pangan adalah 5-17% untuk riset dan pengembangan.” lanjutnya.
Ahmet juga menekankan bahwa untuk memperkuat ketahanan pangan, pertanian keluarga telah digalakkan di Turki.
Menurut Ahmet, standar produk pertanian Turki telah diharmonisasi dan mengadopsi standar Uni Eropa, bahkan standar lebih tinggi. Produk pertanian dari Indonesia antara lain Crude Palm Oil (CPO) sangat dibutuhkan di Turki begitu pula pati jagung.
Beberapa peluang yang dapat dikembangkan antara Indonesia dan Turki antara lain masyarakat Turki belum mengenal buah-buahan tropis, sehingga perlu implementasi strategi dan teknologi untuk memperpanjang umur simpan buah sehingga dapat diperkenalkan dan diperdagangkan di Turki.
Ahmet juga menjelaskan peluang komoditas kopi Indonesia di Turki.Disebutkan bahwa Turki tidak dapat memproduksi kopi, namun karena budaya minum kopi sangat melekat dan berkembang pesat terutama di kalangan pemuda, “sehingga perdagangan kopi menjadi peluang yang sangat potensial” ujarnya. Ahmet juga menawarkan komoditas daging sapi, telur, dan susu untuk dapat diperdagangkan di Indonesia.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait