Pasien itu telah keluar dari rumah sakit pada Kamis dalam kondisi baik, menurut The Times of Israel, tetapi Kementerian Kesehatan sedang menyelidiki kasus ini untuk melihat apakah kombinasi infeksi meningkatkan keparahan penyakit.
Sementara beberapa laporan mengatakan itu adalah kasus pertama di dunia, menurut WHO, kasus Flurona juga terlihat di Amerika Serikat (AS) dan di seluruh Asia. WHO mengatakan kepada Nexstar WJW bahwa frekuensi koinfeksi influenza di antara pasien positif COVID-19 adalah 0,4% di Amerika Serikat. Menurut Universitas Johns Hopkins, AS telah mencatat 55.240.407 kasus COVID-19.
WHO mengatakan koinfeksi bukanlah hal yang aneh ketika ada transmisi patogen yang intens di masyarakat, dalam hal ini, COVID-19 dan flu. WHO melaporkan tingkat koinfeksi jauh lebih tinggi di Asia, dengan 4,5% pasien COVID-positif sakit influenza pada saat yang bersamaan.
Bagi orang-orang yang ingin memaksimalkan perlindungan mereka terhadap flu dan COVID-19, CDC mengatakan seseorang bisa mendapatkan vaksin untuk keduanya selama kunjungan ke fasilitas medis yang sama.
Para ahli mengatakan pengalaman masa lalu menunjukkan vaksin cenderung bekerja sebagaimana dimaksud, dengan efek samping yang serupa, terlepas dari apakah vaksin tersebut diberikan secara bersamaan atau tidak.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait