
Namun di sisi lain, berdampak negatif karena AI tidak bisa menjangkau kegiatan atau kepuasan manusia yang bersifat perasaan atau emosi. Linked-in dan Indonesia Mili melihat ada peluang yang bisa dikembangkan bersama dengan metode gabungan teknologi dan transaksi secara konvensional.
Sementara itu, Deputy CEO Mili Erik Yoachim mengatakan perusahaannya bersama Linked-in siap berkolaborasi dengan masyarakat berbagai kalangan, mulai dari starup ecommerce baru seperti toko buku daring, layanan travel daring, termasuk UMKN konter pulsa, listrik dan sebagainya untuk saling mengisi.
"Metode bakar uang itu, biasanya mereka hanya fokus di bisnis primer mereka. Contoh unicorn yang berhasil besar seperti punya Mas Menteri Nadiem Makarim itu diakui bisa punya untung juga karena menyediakan pembayaran digital, bukan cuma ojek online saja," ucap Erik.
Untuk bisa bertahan, Linked-in dan Mili siap memberikan pendampingan kepada calon starup atau starup yang sudah ada mulai dari pengembangan platfoarm dan layanan pembayaran digital.
"Di Mili itu ada banyak pilihan pembayaran digital yang bagi untungnya cukup lumayan tinggi dibanding yang lain, starup dan UMKM bisa kolaborasi dengan kami, platfoarmnya bisa didampingi profesional dari Linked-in. Kami akan mulai dengan 300 orang peserta ini, masyarakat lain boleh ikut," pungkasnya.
Editor : Hilman Hilmansyah
Artikel Terkait