Ini Kata Analis Soal Pesan di Balik Bunga Anggrek Unggu Jokowi untuk Megawati

Alpin Pulungan
Analis politik menberikan penilaian terhadap pemberian bunga anggrek unggu Jokowi untuk ultah ke-77 Megawati. (Foto: istimewa).

JAKARTA, iNewsBogor.id - Analis politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona, memberikan analisis terhadap pemberian bunga Anggrek dan ucapan selamat ulang tahun ke-77 dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Megawati Soekarnoputri.

Menurutnya, ini adalah sebuah apresiasi politik yang memiliki makna simbolik yang sangat khas, terlebih lagi warnanya bukan merah.

"Dalam politik, hampir semua hal dilakukan dan dimanifestasikan melalui simbol-simbol. Sehingga ada ungkapan 'dalam politik, yang harus kamu lakukan adalah, kamu harus melihat tanpa menggunakan matamu'," ujar Mikhael, Rabu (24/1/2024).

Hal ini berarti bahwa peristiwa pemberian bunga Anggrek tidak hanya dilihat dari apa yang terlihat, tetapi perlu melihat hal-hal yang tak terlihat di baliknya atau memahami apa yang ada di balik itu.

Secara normatif, bunga Anggrek melambangkan kebangsawanan, keagungan, dan kehormatan seseorang.

Dalam konteks ini, Megawati adalah sosok yang memiliki ketiga identitas mulia tersebut, sehingga layak mendapatkan bunga anggrek.

Namun, pertanyaannya adalah mengapa memilih bunga anggrek dan mengapa warnanya ungu?

Hal ini menarik untuk ditelusuri, karena dalam situasi politik yang sangat tegang saat ini, bunga Anggrek dari Jokowi memiliki makna simbolik yang sangat dalam.

"Simbol ini sangat kaya makna dan menurut saya, melampaui hal-hal yang hanya bersifat normatif," ungkap Bataona, yang juga merupakan pengajar Investigatif News dan Jurnalisme Konflik di Unwira Kupang.

Dalam perspektif akademik melalui semiotika, bunga anggrek pertama-tama dapat diartikan sebagai representasi identitas.

Anggrek ungu secara jelas menolak warna merah, yang merupakan identitas khas dari Megawati dan PDI Perjuangan.

Tidak lagi merah

Dengan memilih bunga Anggrek ungu, bukan bunga Mawar Merah, dapat dipahami bahwa Jokowi menggunakan simbolisme bunga untuk menyampaikan pesannya bahwa ia tidak lagi memiliki identitas merah.

Ia tidak lagi sejalan dengan Megawati dan PDIP karena simbol seperti bunga dapat membawa ambivalensi dalam dirinya. Simbol bunga dapat menyembunyikan niat atau pesan dengan cara menyatakannya.

Atau sebaliknya, simbol bunga juga dapat menyatakan niat tersebut dengan cara menyembunyikkannya. Dalam hal ini, Jokowi sedang menyembunyikan identitas barunya di balik bunga tersebut sambil menyatakan bahwa ia tidak lagi beridentitas merah.

Ia tidak lagi memiliki identitas yang sama dengan Megawati, yaitu Merah PDIP, atau dengan kata lain, Jokowi secara tersirat ingin mengatakan bahwa warna, semangat, dan daya magis merah hanya merupakan bagian dari masa lalu.

Warna merah, yang telah menjadi identitas dan jati diri Jokowi sejak tahun 2005 ketika ia pertama kali direstui oleh Megawati dan terpilih menjadi Wali Kota Solo, kemudian menjadi warna kebanggaannya dari tahun 2005 hingga 2012, bahkan saat ia terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta dari tahun 2012 hingga 2014 dengan restu Megawati, dan terus berlanjut saat ia terpilih menjadi Presiden RI dari tahun 2014 hingga 2019, tidak lagi dipandang oleh Jokowi sebagai identitasnya.

"Menggunakan bunga Anggrek berwarna ungu, secara simbolik Jokowi sedang menyatakan bahwa ia bukan lagi beridentitas merah," kata Bataona yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis ini.

Ia tidak lagi berada dalam barisan PDIP dan Megawati karena warnanya telah berubah, dan simbolisme ini diperkuat oleh tindakan politik Jokowi yang nyata.

Tidak hanya dengan mengirim bunga, tetapi pada hari yang sama, Jokowi mengunjungi markas PDIP di Jawa Tengah.

Jokowi melakukan kunjungan kerja pada hari ulang tahun Megawati, mengunjungi Salatiga, Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Hal ini menunjukkan bahwa Jokowi sedang menggempur daerah yang dianggap sebagai markas PDIP.

Bersama ibu Iriana Jokowi, Jokowi membagikan bantuan sosial dan sertifikat tanah kepada rakyat di sana.

Dengan jelas terlihat bahwa pengiriman bunga anggrek hanya merupakan tindakan politik yang bersifat normatif, karena perilaku politik Presiden yang jelas bertentangan dengan Megawati pada hari itu.

Editor : Furqon Munawar

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network