Eni menyebut, sensitifitas gender dapat membantu penanganan bencana yang memenuhi kebutuhan khusus laki-laki dan
perempuan serta disabilitas, anak-anak maupun lansia sehingga bisa mencegah atau meminimalisir terjadinya kekerasan.
"Kita juga perlu menyediakan “Ruang Ramah Perempuan" selama situasi kritis saat bencana untuk memberikan keamanan dan
kenyamanan terhadap perempuan dan anak," ucapnya.
Selain itu, kesiapan keluarga menghadapai bencana (banjir, gempa bumi, tsunami, letusan gunung Merapi) ini menjadi bekal untuk kelurga agar selalu siap siaga ketika bencana terjadi.
"Karena bencana akan datang dalam situasi yang tidak disangka sangka . Kesiapan penyelamatan diri itu yang paling utama karena ketika semua bisa menyelamatkan diri sendiri maka akan meminimalisir korban," pungkasnya.
Senada dengan itu, Firman Abdul Rasyid selaku Ketua Panita Pelatihan tersebut mengungkapkan bahwa kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi ancaman bencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana, serta meningkatkan peran perempuan dalam pemberdayaan pasca bencana, dari berbagai sektor diantaranya pemulihan ekonomi.
"Insyallah mudah-mudahan kedepan dapat juga dilaksanakan kegiatan pelatihan-pelatihan bagi perempuan Cianjur sebagai penguatan dan pemulihan pasca gempa cianjur, pelatihan ekonomi, dan pelatihan lainya yang dapat meningkatkan perekonomian di Cianjur," kata Firman Abdul Rasyid.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait