Danang Girindrawardana Sebut Indonesia Akan Mengalami Deindustrialisasi

Patris Arifin
Danang Girindrawardana mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah yang dianggap mengalami deindustrialisasi

JAKARTA, Inewsbogor.id - Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana menyebut perbaikan ekonomi yang digadang-gadang penerintah selama ini masih sebatas jargon politik.

Dalam keterangannya di televisi swasta pada Senin, 1/07/2024, Ia menyebut bahwa pelaku usaha saat ini masih mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam memperbaiki kondisi usaha dalam negeri yang makin tidak menentu.

"Dunia usaha juga mempertanyakan apa keseriusan pemerintah dalam mengatasi situasi ini. Dimana masih sebatas jargon - jargon politik 'tenang situasi finansial kita aman' itukan bahasa Pemerintah, tapi kan dunia usaha memiliki sudut pandang yang berbeda," kata Danang, pada Senin, 1/07/2024.

Menguatnya nilai tukar rupiah 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.365 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.375 per dolar AS, menurut Danang belum memberi efek langsung bagi masyarakat.

Apalagi kenaikan suku bunga RI yang saat ini mencapai angka 6.25, yang mana ini akan menyulitkan investor untuk berinvestasi.

Kenyataan bahwa kenaikan harga bahan pokok dan juga sekunder dikhawatirkan oleh para pelaku usaha berimbas kepada mereka.

Danang menginginkan jika tarif listrik dan BBM kembali dinaikan pemerintah, efeknya akan buruk bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam negeri.

"Kalau kita menghadapi situasi ini artinya ada dua hal yang harus kita pikirkan kan. Secara kredit lebih tinggi, pelemahan rupiah juga terjadi dan kemungkinan akan ada kenaikan tarif-tarif dasar seperti tarif listrik, BBM, belum lagi tarif gas akhirnya akan diikuti kenaikan infrastruktur cost yang pasti berpengaruh besar pada industri kita," ungkap Danang.

Tokoh Apindo sekaligus Asosiasi Pertekstilan Indonesia tersebut, mengatakan Indonesia tampak mengalami deindustrialisasi.

Hal ini dilihat dari sumbangan industri manufaktur kepada pendapatan negara. 

Data menunjukkan adanya penurunan kontribusi industri manufaktur di Indonesia dari 29% pada tahun 2008 sedangkan di tahun 2024 ini kontribusi manufaktur menurun hingga 12% dari keseluruhan pendapatan negara.

"Saat ini kita mengalami pelemahan di industri manufaktur kita. Kalau industri manufaktur kita dibiarkan lemah seperti situasi saat ini (akan berbahaya), ini perlu atensi yang serius dari pemerintah untuk membangkitkan kembali industri manufaktur kita. Data menunjukkan juga terjadi penurunan selama sepuluh hingga lima belas tahun terakhir terkait kontribusi industri manufaktur pad PDB, para ekonom sudah mengingatkan kepada pemerintah, bahwa lima belas tahun lalu kontribusi industri manufaktur masih di 29% Sekarang tinggal 12%" kata Danang.

"Artinya terjadi proses deindustrialisasi itu, dan jika kondisi stagnan berlangsung terus, maka pendapatan pajak negara dari industri manufaktur akan terus menurun," pungkasnya.*

Editor : Furqon Munawar

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network