Ini Pesan Bijak dan Mendalam dari Sosok Kyai Tentang Pengeras Suara

Furqon Munawar
Pengeras suara masjid. Ilustrasi. (dok.Okezone)

BOGOR - Pengeras Suara atau toa kini seolah menjadi benda yang paling banyak dibicarakan. Mulai elit politik hingga wong alit, dari pemuka agama hingga penguasa.

Tapi tahukah Anda, kalau saja Bilal kala itu sudah mengenal alat pengeras suara atau toa pasti dia takkan bersusah payah menaiki puncak Ka'bah hanya untuk mengajak dan mengingatkan tibanya waktu salat pada umat Islam pengikut Nabi Muhammad.

Pengeras suara atau toa juga merupakan benda yang paling berjasa mengantarkan para elit negeri ini ke tampuk kekuasaan. Sejak mereka masih menjadi aktivis kampus hingga masuk ke ruang politik dan meraih kekuasaan. Termasuk, Yaqut yang kini jadi Menteri Agama, sepanjang hidupnya sebagai aktivis hingga sekarang jadi borjuis pasti bersinggungan dengan penegeras suara atau toa.

Lalu kenapa pengeras suara atau toa sekarang dipersoalkan bahkan dihujat? Tidakkah harusnya mereka yang menikmati kekuasaan berterima kasih pada pengeras suara atau toa yang mengantarkan mereka menjadi penguasa?

Berikut pesan mendalam sosok seorang Kyai tentang pengeras suara :

Kalau tinggal di perumahan berdamailah dengan bisingnya teriakan tukang sayur dan tukang bubur.
Kalau tinggal di pinggir jalan berdamailah dengan bisingnya knalpot dan klakson kendaraan
Kalau tinggal di hutan berdamailah dengan suara jangkrik di malam hari, suara burung di pagi hari dan suara-suara hewan buas bersahut-sahutan setiap saat.
Kalau tinggal dekat Musholla berdamailah dengan bising suara speaker.
Kalau tinggal dekat Vihara nikmati saja aroma dupa.
Kalau tinggal dekat Gereja nikmatilah dentangan suara lonceng Gereja.
Kalau tinggal di pulau Bali nikmatilah suasana Nyepi yang begitu sakral.
Tak perlu menghujat dan minta agar menghentikan kebisingan itu.
Tak perlu harus pamer foto profil ataupun berkoar-koar

SAYA INDONESIA
SAYA PANCASILA
SAYA BHINNEKA TUNGGAL IKA

untuk menunjukkan bahwa Anda paling TOLERANSI.
Langit tak pernah sombong kalau ia paling tinggi.
Laut pun tak pernah congkak meski ia sangat dalam.
Nikmatilah hidup dan jadikan kebisingan-kebisingan itu sebagai lantunan irama yang harmoni
Karena Anda hidup tidak sendirian....

Jika hari ini mereka minta volume Adzan dikecilkan....
Besok mereka minta alatnya dimatikan...
Lusa mereka akan minta bangunan masjidnya diratakan...
Lusanya Islam hanya berada di sudut-sudut ruang hampa bahkan tinggal kenangan...

Boleh jadi detik ini kita-kita tidak merasakan, mereka tahu dan pintar bahwa bukan kitanya yg saat ini dibidik. Tetapi anak cucu kita kelak yg tidak merasakan bebasnya beribadah.
Ingat sejarah hilangnya suara Adzan di Singapura?
Singapura dulunya adalah bagian dari Tanah Melayu milik pribumi Muslim Malaysia. 
Dimana dulu suara Adzan terdengar sampai ke ujung-ujung jalan.
Detik ini kalau Anda berada di Singapura dan ingin mendengar suara Adzan dispeaker maka Anda hanya bermimpi.

Ketika kita menolak aturan ini, Sesungguhnya kita menolak bukan cuma karena kewajiban agama, Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Namun lebih dari itu, bagaimana nanti agar anak cucu kita tidak bernasib sama dengan saudara muslimnya di Singapura.
Tahukah kita apa suara Adzan itu? Itu Lafal ALLAH.

"Islam itu, sudah Allah jamin, tidak akan hilang dari Muka Bumi. Namun tak ada Jaminan, bahwa Islam akan tetap ada di Indonesia" (KH. Ahmad Dahlan)
 

Editor : Hilman Hilmansyah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network