Dedi juga menyoroti pentingnya membangun daerah tidak semata-mata mengandalkan anggaran pemerintah (APBD), melainkan melalui visi dan nilai yang hidup di tengah masyarakat. Ia mengkritisi kondisi pendidikan dan sistem pembangunan yang dianggap mulai melenceng dari nilai dasar kehidupan Sunda, serta mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali menengok jati diri Tatar Sunda.
"Sri Baduga Maharaja henteu ngadegkeun Pakuan ku APBD. Anjeunna ngadegkeun ku kayakinan. Jadi pemimpin ulah kakurung dina buku anggaran. Pangwangunan kudu diadegkeun ku nilai hirup," tegasnya.
Pidato Dedi Mulyadi disambut riuh tepuk tangan dari para hadirin, termasuk anggota DPRD Kota Bogor dan tamu undangan lainnya. Acara ini menjadi momentum untuk memperkuat kembali nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam pembangunan Kota Bogor ke depan.
Editor : Furqon Munawar
Artikel Terkait
